Di tengah kegelapan malam yang menutupi Surabaya, seorang pemuda berdiri di atas puing-puing kota yang telah hancur. Api dari bangunan yang terbakar menghangatkan wajahnya. Tubuh-tubuh yang tergeletak di Jembatan Merah dan di sepanjang jalan adalah bukti perjuangan yang tak pernah berhenti.
Pemuda Indonesia (dengan suara pelan, menatap langit): "Surabaya, kau akan hidup selamanya dalam ingatan kami. Tak ada yang akan bisa menghapus perjuangan ini."
Di balik debu dan darah yang mengotori tanah, ada semangat yang tak bisa padam. Pemuda itu menyeka darah yang mengalir dari bibirnya, namun matanya tetap tajam, tidak kehilangan harapan. Ia tahu, meskipun hari-hari ke depan penuh dengan ketidakpastian, Surabaya tetap akan hidup dalam ingatan sebagai simbol perjuangan.
Hening menyelimuti kota yang kini hanya bisa mengenang suara kemerdekaan yang pernah terdengar lantang. Dan di dalam diam itu, ada sebuah seruan yang tak perlu diucapkan---Surabaya tidak akan pernah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H