5. Kendala Pendampingan dan Monitoring yang Tidak Optimal
Menurut Laporan Evaluasi Kinerja Program PGP (2023), sekitar 60% guru PGP merasa bahwa pendampingan dan monitoring yang dilakukan pasca-pelatihan kurang efektif.
Banyak guru melaporkan tidak ada follow-up yang memadai untuk memastikan bahwa mereka bisa mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dalam konteks sehari-hari mereka.
Hal ini sesuai dengan temuan dari ResearchGate (2022) yang menyatakan bahwa tanpa pendampingan berkelanjutan, pelatihan profesional bagi guru seringkali tidak membawa dampak jangka panjang, yang menyebabkan rendahnya perubahan dalam praktik pembelajaran.
6. Penurunan Peringkat Indonesia dalam PISA dan TIMSS
Penurunan peringkat Indonesia dalam PISA (Program for International Student Assessment) dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi tantangan besar.
Peringkat Indonesia dalam PISA (2018) tercatat berada di posisi ke-72 dari 79 negara yang berpartisipasi.
Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun ada berbagai program pelatihan untuk guru, kualitas pembelajaran yang dihasilkan masih jauh dari harapan.
7. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi
Menurut Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2022), hanya sekitar 35% sekolah di Indonesia yang memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi, yang menjadi salah satu komponen utama dalam PGP.
Tanpa infrastruktur yang cukup, terutama di daerah-daerah pedesaan, pelatihan teknologi yang diberikan oleh PGP menjadi tidak efektif dan tidak dapat diterapkan secara maksimal.