Misalnya, pelatihan PGP hanya menyasar sebagian kecil dari 3,5 juta guru di Indonesia, dengan lebih dari 50% guru di daerah terpencil (terutama di 3T) tidak mendapatkan akses pelatihan yang relevan.
Anggaran yang tinggi tersebut lebih terfokus pada program yang sifatnya elit dan terbatas, padahal masalah utama pendidikan Indonesia adalah pemerataan kualitas dan kesempatan belajar di daerah-daerah yang kurang terlayani.
3. Kesenjangan Akses dan Implementasi yang Tidak Merata
Distribusi manfaat PGP tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Laporan World Bank (2020), sekitar 60% guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) melaporkan bahwa mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap pelatihan profesional yang bisa meningkatkan keterampilan mereka dalam menerapkan kurikulum yang lebih modern dan berbasis teknologi.
Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam distribusi program, yang memperburuk kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Pada saat yang sama, hasil Survey Indikator Pendidikan Nasional (2022) menunjukkan bahwa meskipun pelatihan PGP diperkenalkan di sejumlah wilayah, kurangnya dukungan infrastrukur pendidikan seperti teknologi dan fasilitas yang memadai, membuat penerapan ilmu yang didapatkan dari pelatihan tersebut menjadi sulit dilakukan di sekolah-sekolah di luar kota besar.
Ini mengarah pada ketidakefektifan program dalam menghasilkan perubahan signifikan di kelas.
4. Dampak Terbatas terhadap Peningkatan Pembelajaran
Survei yang dilakukan oleh BPSDMPK (2022) juga menunjukkan bahwa hanya 40% guru yang telah mengikuti PGP merasa bahwa mereka dapat mengaplikasikan pembelajaran berbasis proyek dan teknologi yang diperoleh selama pelatihan.
Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun PGP bertujuan untuk memperbarui metode pembelajaran guru, hasil yang tercapai masih sangat terbatas, terutama terkait dengan implementasi langsung di kelas.
Sebagai perbandingan, penelitian Hattie (2009) menunjukkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah strategi pengajaran yang konkret dan pengetahuan konten guru, bukan hanya pelatihan administratif atau kepemimpinan.