"Kita harus mempublikasikan ini," Sari berkata dengan nada tegas.
"Ya, tapi berhati-hatilah," jawab Roni. "Pak Anton bukan orang yang bisa dianggap remeh. Dia punya koneksi, bahkan bisa mengontrol informasi yang keluar dari Green Valley. Ada kemungkinan, jika ini keluar ke publik... kita yang akan dalam bahaya."
Tiba-tiba terdengar suara keras dari luar, diikuti ketukan cepat di pintu depan. Roni segera berdiri, wajahnya berubah pucat.
"Kamu menunggu tamu lain?" tanya Sari, suaranya mulai bergetar.
Roni menggeleng, bibirnya berbisik, "Tidak..."
Sari merasakan bulu kuduknya meremang. Mereka saling pandang, menyadari kemungkinan terburuk.
Pintu diketuk sekali lagi, kali ini lebih keras.
Roni, dengan nada suara berbisik, berkata, "Mungkin... ini bukan kebetulan."
Sari menggenggam erat dokumen di tangannya, dan jantungnya mulai berdegup kencang.
"Roni... apa kamu yakin nggak ada orang lain yang tahu soal pertemuan ini?"
Roni menatapnya, matanya penuh kecemasan. "Aku... tidak yakin."