Pelajaran dari Sejarah: Tantangan dalam Pembentukan Kabinet
Sejarah pembentukan kabinet di Indonesia menunjukkan bahwa tidak pernah mudah bagi seorang presiden untuk sepenuhnya mewujudkan visinya dalam kabinet.
Pada era Reformasi, Presiden Gus Dur dan Presiden Megawati harus menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan partai dan upaya untuk membangun pemerintahan yang efektif.
SBY, dalam dua periodenya, juga terpaksa memasukkan banyak anggota kabinet dari partai politik untuk menjaga stabilitas koalisi.
Jokowi pada periode pertamanya sempat mencoba mengurangi pengaruh partai politik, tetapi akhirnya terpaksa berkompromi untuk menjaga dukungan di parlemen.
Tantangan yang sama kemungkinan besar akan dihadapi oleh Prabowo. Meskipun Prabowo ingin membentuk zaken kabinet, koalisi besar yang mendukungnya akan mengharapkan jatah kekuasaan.
Kesimpulan: Menguji Janji Perubahan
Dalam sejarah politik Indonesia, setiap presiden baru membawa harapan dan ekspektasi untuk perubahan. Prabowo Subianto, dengan janji kabinet zaken-nya, telah menciptakan antisipasi bahwa akan ada perbedaan signifikan dari era Jokowi.
Namun, sejarah juga mengajarkan bahwa politik adalah seni kompromi. Meskipun Prabowo mungkin berusaha membangun kabinet yang profesional, tekanan dari partai-partai politik dan kepentingan koalisi besar tidak dapat diabaikan.
Kabinet yang akan datang bukan hanya sekadar komposisi menteri, tetapi juga mencerminkan arah kebijakan dan strategi politik Prabowo dalam memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Akankah kabinet ini mampu membawa efisiensi yang dijanjikan, atau akan kembali terseret dalam permainan kompromi politik? Waktu yang akan menjawab.