Dan meskipun Buya Risman terlihat sedih malam itu, aku tahu beliau tidak akan pernah berhenti berjuang. Beliau adalah seorang pejuang sejati, yang akan terus berusaha menjaga perahu Muhammadiyah tetap berlayar di jalur yang benar, meski gelombang terus menghantam.
Ketika kabar itu sampai di telingaku, aku merasakan kesedihan yang mendalam. Buya Risman, seorang ulama yang selama ini menjadi garda terdepan di Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, kini digeser ke posisi yang, bagi banyak orang, dianggap kurang strategis untuk dakwahnya. Beliau kini menjadi Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah.
Aku tahu, perubahan ini tidak akan menggoyahkan semangat dakwah Buya Risman, tetapi tak bisa kupungkiri bahwa ada perasaan janggal. Apakah ini bagian dari fenomena Muhammadiyah yang sedang bergulat dengan dinamika internalnya? Ataukah ini sekadar keputusan organisatoris tanpa maksud tertentu?
Dalam salah satu pertemuan kami setelah itu, aku mencoba menanyakan langsung kepada beliau.
"Bagaimana perasaan Buya setelah perubahan ini?" tanyaku hati-hati.
Beliau tersenyum tipis, seperti biasa, penuh kebijaksanaan. "Zulkarnain, dakwah itu tidak bergantung pada posisi. Kalau kita benar-benar ingin melayani umat, Allah akan menunjukkan jalan, di mana pun kita berada. Majelis Pemberdayaan Masyarakat ini mungkin dianggap kurang strategis oleh sebagian orang, tapi justru di sini aku merasa punya kesempatan untuk berbuat lebih bagi mereka yang membutuhkan."
Kata-kata beliau membuatku terdiam. Ternyata, beliau melihat peluang dakwah di setiap keadaan.
Namun, aku tahu ada hal yang mengganjal di hatinya. Dalam diskusi-diskusi kami, beliau sering menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena di Muhammadiyah. Salah satunya adalah kurangnya perhatian pada dakwah strategis di tengah masyarakat yang terus berubah.
"Aku ingin Muhammadiyah lebih aktif menggunakan media sosial," katanya suatu ketika. "Media itu punya kekuatan besar untuk membentuk opini dan menyebarkan dakwah. Tapi banyak di antara kita yang belum paham cara memanfaatkannya dengan bijak."
Beliau juga menekankan pentingnya memperkuat kode etik dakwah Islam wasathiyah. "Kita ini ulama, Zulkarnain. Tugas kita melindungi umat (himayatul ummah) dan sekaligus menjadi penasihat pemerintah (shodiqul hukumah). Tapi kalau kita kehilangan prinsip wasathiyah, dakwah kita bisa kehilangan arah."
Meski telah digeser ke posisi baru, Buya Risman tetap aktif. Salah satu momen penting yang masih kuingat adalah ketika beliau menjadi narasumber dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, pada 3 November 2024. Dengan tema Makna dan Hakikat Shalat Menurut Al-Quran dan Sunnah, beliau berbicara dengan penuh semangat, seolah tidak ada yang berubah dalam komitmennya terhadap dakwah.