Dulu aku selalu bersenda gurau dengan Bu Seruni dan jika ada urusan apapun, aku selalu menjadi orang pertama yang dicarinya.Â
Dulu kami semua selalu kompak satu sama lain, sependapat dan terbuka.Â
Akan tetapi, sesaat Aku mengungkapkan pernyataan resign. Seketika menjadi aneh, kami seperti orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Berbicara jika sudah mode darurat, itu pun tanpa sebut nama lagi. Ntah beliau merasa jijik padaku.
Aku tidak tahu mengapa seperti itu, awalnya aku santai dan tidak mengerti apa- apa. Lalu semakin hari semakin terasa beliau yang mengabaikanku tanpa sebab.
Teman- temanku mungkin tau sesuatu, hanya saja menurutku mereka bungkam. Â Ingin menjaga perasaan aku dan bu Seruni. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan tentangku, tapi aku yakin sedikit banyaknya mereka tahu sesuatu.
Hingga mereka juga tidak banyak menyinggung aku dan bu Seruni yang selalu bersama tiba- tiba saling menghindar.
Aku sih bodo amat, cuma beliau aku lihat sangat mempertahankan gengsinya. Setiap berkumpul selalu dengan bahasa tersirat yang di tujuan padaku, sedangkan pada orang lain jelas- jelas sebut nama.
Aku hanya mengikuti alur yang dia mainkan, tidak peduli seberapa lama....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H