2. Ketergantungan Impor
Sebanyak 90% bahan baku obat dan alat kesehatan di Indonesia berasal dari luar negeri. Pajak impor, termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk, semakin memperparah tingginya harga obat. Bahkan, alat kesehatan tertentu dikenakan pajak barang mewah, sehingga biaya layanan kesehatan di dalam negeri melonjak drastis. Dilansir dari Bisnis.com, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Herrmawan Saputra, mengungkap bahwa salah satu penyebab utama tingginya biaya kesehatan di Indonesia adalah ketergantungan pada alat kesehatan dan bahan baku farmasi. "Ini jadi problem utama, karena itu kena pajak tinggi termasuk pajak setara barang mewah. Selama kita menerapkan pajak tinggi pada alat kesehatan dan farmasi, utility cost pricing layanan kesehatan akan tetap tinggi," ungkap Hermawan kepada Bisnis, Minggu (18/8/2024).
Tingginya inflasi di sektor kesehatan turut memengaruhi biaya operasional rumah sakit dan premi asuransi. Tahun ini saja, rata-rata premi asuransi kesehatan naik 20-30%. Di sisi lain, BPJS Kesehatan juga berencana menaikkan iuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seiring dengan rencana penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang akan dimulai tahun depan. Tentunya, hal ini semakin membebani masyarakat.
Pelayanan dan Komunikasi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang Dinilai Lebih Baik di Luar Negeri
Tidak hanya biaya, kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri dianggap lebih unggul. Banyak pasien Indonesia mengaku merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan dokter di Malaysia atau Singapura. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Adib Khumaidi, bahkan mengakui bahwa kemampuan komunikasi dokter Indonesia perlu ditingkatkan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
Di sisi lain, framing negatif terhadap profesi dokter dalam negeri turut memperburuk situasi. "Saat ini ada framing negatif profesi dokter di Indonesia, di dalam sebuah kondisi manapun, hal ini akan menjadi pekerjaan rumah kita, mari kita ajak semua dokter untuk meningkatkan pelayanannya, menjadi dokter yang baik, kompeten, dan beretika," ujar dr. Adib dalam konferensi pers HUT IDI, Kamis (24/10/2024).
Sebagai seorang dokter dan sejawatnya, komunikasi yang efektif merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan. Ketika pasien merasa dipahami dan mendapatkan penjelasan yang jelas dari tenaga medis, mereka akan merasa lebih percaya pada pengobatan yang diberikan. Sayangnya, hal ini masih menjadi titik lemah dalam layanan kesehatan Indonesia. Banyak pasien mengeluhkan minimnya empati atau kemampuan dokter dalam menjelaskan kondisi medis mereka dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Langkah awal untuk meningkatkan kepercayaan adalah dengan fokus pada kemampuan komunikasi tenaga kesehatan. Edukasi dan pelatihan komunikasi yang baik bagi dokter dan tenaga medis lainnya harus menjadi prioritas. Tidak hanya soal penyampaian informasi medis, tetapi juga tentang membangun hubungan emosional dengan pasien.
Di luar masalah komunikasi, peningkatan kompetensi tenaga medis juga menjadi langkah krusial. Pelatihan berkelanjutan dan akses terhadap teknologi medis terbaru akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan ini, dokter-dokter di dalam negeri diharapkan dapat memberikan pelayanan yang setara dengan dokter-dokter di luar negeri, bahkan dalam kasus yang lebih kompleks.
Solusi Pemerintah bagi Tantangan Layanan Kesehatan di Indonesia melalui Pencetusan UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023