Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Yuna"

31 Januari 2016   09:29 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat ketetapan hati Yuna, Prian merasa yang bersangkutan tak lagi menghargai potensi  dirinya sendiri. Harga diri tak lagi menjadi sebuah kepentingan. Meski orang lain berusaha meninggikan derajatnya, namun Yuna seperti tersedot dalam pusaran pekat. Menikmati atau keterpaksaan tipis saja.

“Jika pergi dari Palembang, kamu mau kemana Yun..?”

“Belum tahu. Kemungkinan aku ke Manado. Atau mungkin ke Jakarta mendekatkan diri ke Mama.”

“Mama tinggal di mana?”

“Cilandak, Jakarta selatan.”

“Jika kamu ke Jakarta kelak, jangan segan- segan menghubungi aku ya…”

Prian melepas perpisahan dengan Yuna setelah terlebih dulu mengantarnya ke mess tempat tinggal Yuna. Lambaian tangan Yuna berbalas senyum Prian. Perpisahan itu tak meninggalkan kesedihan bagi keduanya. Setidaknya itu yang tampak. Hanya Prian yang setia berdoa dalam batin. Berharap Yuna menemukan jalan terbaiknya. Doa dalam hati menetes ringan.

***

Prian baru saja menuntaskan agenda meeting di kantor nya di Jakarta. Usai melepas kolega bisnisnya, Prian memasuki ruangan kerja. Ruangan berbentuk memanjang berukuran 4 X 10 meter persegi. Tepat di depan pintu masuk berderet sofa susun berbentuk L. Prian mengambil posisi duduk membelakangi kaca berlatar pemandangan kota.

Presentasi selama tiga jam cukup menguras energy nya. Waktu makan siang masih satu jam lagi. Ia memutuskan membunuh waktu dengan bersantai sejenak menikmati acara televisi yang kokoh berdiri di atas rak, tepat di hadapannya. Remote televisi besutan korea diraihnya dari atas meja. Jari jemarinya asik menekan chanel tivi. Berita siang hari di salah satu televise swasta nasioal menjadi pilihannya.

Prian belum sempat mengkonsumsi berita dari Koran harian yang biasa menghibur matanya. Setibanya di kantor pagi tadi, agenda meeting mendesak. Hanya sempat melirik halaman depan saja. Koran nasional itu masih tergolek setia disamping mug besar berisi air putih yang berada di atas meja kerjanya. Berita hari itu heboh dengan tertangkapnya seorang politisi wanita di Senayan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Dari dunia kriminal sudah dua hari ini diisi oleh prestasi Badan Narkotika Nasional  yang berhasil membekuk jaringan narkotika internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun