Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Yuna"

31 Januari 2016   09:29 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Okay.. lima menit lagi aku tiba”

“Baiklah. Langsung menuju restaurant. Kita sarapan dulu sebelum berangkat.”

Prian mengakhiri pembicaraan di telepon seraya menyapu pandang ke penjuru ruangan yang berderet meja-meja. Pria berkacamata itu mencari lokasi yang cocok untuk Ia dan Yuna duduk. Tatapannya membentur sepasang meja yang masih kosong. Letaknya agak di pojok ruangan, namun dekat dengan rentetan hidangan buffet. Prian bergegas duduk. Dari sini Ia bisa melihat jika Yuna tiba dari lobi hotel.

Di atas meja Prian belum terhidang makanan. Hanya secangkir teh dengan uap yang mengepul. Baru seteguk teh mengisi tenggorokannya. Sudut mata Prian mendeteksi kedatangan Yuna. Diperhatikannya wanita cantik yang semalam berpisah dengannya dalam kondisi setengah mabuk. Wajahnya belum lagi segar dari aroma malam. Sedikit terkejut Ia bisa menepati janji. Datang sepagi ini setelah petualangan gemerlapnya semalam. Menepati janji nya, kepada pria yang baru saja Ia kenal.

“Kok belum makan..?” Tanya Yuna memecah lamunan Prian.

“Sengaja menunggu kamu. Langsung ambil makanan aja deh Yun..”

Yuna meletakkan tas tangannya yang berwarna hitam di atas meja. Handphone keluaran Negara adikuasa dalam gengaman tangan kirinya. Sejenak mereka berpencar memilih makanan favorit mereka untuk menghibur cacing yang sedari tadi rasanya mulai berkecamuk di dalam perut masing-masing.

“Aku harus ikut kamu hari ini ya Kak?” Yuna mencoba memulai percakapan. Sapaan “Kak” dari mulut Yuna terasa bahwa wanita itu berusaha mengakrabkan diri. Prian yang sebelumnya akan memasukkan potongan sosis ke dalam mulutnya, terpaksa menundanya untuk segera menjawab pertanyaan itu.

“Kenapa Yun? Kamu enggan ya..?”

“Sebenarnya aku males deh Kak! Tapi gak papa deh. Aku meluluskan permintaan kamu sekedar membalas kebaikan dan kesantunan mu semalam.”

Aksen Yuna tak lagi manado sentris. Tak seperti malam sebelumnya. Mungkin sesajian malam itu yang membuat aksen Yuna tak tertutupi. Cepat saja Prian kembali teringat kejadian semalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun