Mohon tunggu...
Khairul Arief Rahman
Khairul Arief Rahman Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Singaperbangsa Karawang

hobi tidur sambil berpikir tentang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menalar Kata "Bajingan" dalam Praktek Komunikasi Kontemporer: Evolusi Permisuhan Paling Greget

14 Agustus 2023   16:03 Diperbarui: 9 Oktober 2023   11:46 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Evolusi Kata Bajingan

Pixabay/Zazu70
Pixabay/Zazu70

Salah satu yang menjadikan kata bajingan ini menarik adalah karena awalnya kata-kata ini jauh dari makna sesungguhnya yang seperti hari ini dipraktekkan di masyarakat.

Mengenai hal ini saya tidak akan menyinggungnya terlalu jauh karena anda bisa mencari artikel mengenai asal mula kata bajingan ini bermula.

Kata bajingan ini memiliki filosofi tersendiri dalam bahasa Jawa yang disebut sebagai “Bagusing jiwo angen-angen ning pangeran”. Kurang lebih artinya bagusnya jiwa memelihara ingatan terhadap Yang Maha Kuasa.

Namun harus diingat, filosofi ini berlaku hanya ketika pada saat itu profesi penarik gerobak sapi mendapatkan tempat di masyarakat.

Saat ini maknanya sudah berubah jauh, lebih menggambarkan penjahat jika merunut dalam KBBI. Ini dikarenakan profesi penarik andong atau gerobak sapi, yang lama-lama menjadi bergeser karena sifatnya yang suka terlambat sehingga berubah menjadi istilah yang negatif.

Nah, dari titik tolak konotasi yang berubah inilah lalu kata bajingan memiliki beberapa varian yang selanjutnya banyak digunakan sesuai dengan tempat, waktu, dan kondisinya.

Sepengalaman saya pernah berinteraksi, dikata-katain, sampai mengucapkan hal serupa, ada tujuh sampai empat belas varian kata bajingan ketika diucapkan:

  • Bajingan: kata kasar paling standar hari ini, evolusi pertama yang bermula dari pergeseran makna sesungguhnya. Apa bedanya? Saya memasukkan kata ini untuk menjelaskan evolusi konotasinya dulu, dari positif menjadi negatif.
  • Jingan: versi pendek dari kata bajingan dengan menyisakan bagian belakang saja tanpa imbuhan awal “ba”. Jangan salah, kemungkinan varian ini adalah varian kata bajingan paling awal yang digunakan. Karena dulunya juga digunakan untuk menyebut profesi penarik gerobak sapi.
  • Bajingsay: untuk yang satu ini, saya sudah mendengarnya ketika masih di bangku sekolah dasar. Tapi entah kenapa sepertinya tidak lebih kasar dari kata bakunya, meskipun sama-sama kasar. Asal mula ada imbuhan “say” di belakang kata ini saya juga tidak tahu awal mulanya, tapi kalau saya boleh menduga mungkin supaya tidak terlalu terlihat kasar meskipun dalam prakteknya juga masih kasar-kasar aja.
  • Bajinguk: bagi saya varian ini adalah yang paling menarik. Sudah ada juga semenjak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun hanya di tempat asal saya saja (Yogyakarta) sejauh ini saya mendengar varian bajingan satu ini. Saya menduga kata ini merupakan gabungan dua kata "bajingan munyuk" yang sudah disingkat menjadi bajinguk. Tambahan kata munyuk (monyet) ini juga menambah kekasaran, namun dibawah asu bajingan sebagai varian yang paling kasar. Biasanya penutur varian ini ketika mengucapkannya merasa dipermainkan oleh seseorang yang membuatnya kesal seperti munyuk yang cuma bisa garuk-garuk kepala ketika makanannya dirampas oleh munyuk lainnya.
  • Bajingak: versi kasar lainnya yang juga hampir sama dengan varian bajinguk. Namun, dari segi arti saya menduga ada perbedaan. Karena jika akar kata bajinguk berasal dari kata "bajingan munyuk", maka varian ini kemungkinan berasal dari kata "bajingan sengak". Varian ini bisa dikatakan versi kasar yang merujuk pada kata sifat "sengak" yang berarti bau tidak enak atau menyengat. Varian ini sangat cocok diucapkan untuk menggambarkan rasa kesal layaknya bau tidak enak yang sangat menyegat atau busuk secara harafiah.
  • Bajilak:varian ini juga menarik bagi saya, karena alasan yang sama dengan pengucap varian Bajinguk, hanya di daerah saya saja saya mendengar varian ini. Tidak jelas mengapa ada imbuhan "lak" dibelakang kata bajingan. Namun baik pengucapan dan alasannya sama-sama membentuk konotasi kasar yang sangat terasa.
  • Jinguk: versi singkat dari bajinguk, termasuk kasar sebagaimana varian jingan yang lebih populer.
  • Jingak: versi singkat dari varian bajingak. Menariknya adalah versi ini adalah yang peling sering saya dengar ketimbang varian aslinya.
  • Asu Bajingan: versi paling paripurna dari sebuah kata permisuhan dengan memadukan binatang lain yang terkenal sudah kasar didengar. Ada juga yang mengartikan keduanya dari dua ekor binatang yang memang terkenal punya asosiasi yang buruk (bajing dan asu). Bajing sering diidentikkan dengan pencurian (bajing lompat), sementara asu (anjing) diidentikkan dengan hewan yang sering menggonggong alias bawel.
  • Bajingan Cuk: versi kasar lainnya yang lebih kekinian. Memadukan kata bajingan dan jancuk yang lalu kata terakhirnya disingkat hanya menjadi cok agar terdengar pas. Anehnya saya terbilang tidak sering mendengar untuk varian yang satu ini. Barangkali anda lebih sering mendengarnya mungkin?
  • Bajing Loncat: Nah, kalau yang ini sebagaimana kata bajingan di awal, merujuk pada profesi pencuri barang muatan truk di jalanan. Tapi karena profesi tersebut juga sama buruknya, karuan saja kata ini juga bisa masuk kata permisuhan dalam Misuh Universe. Saya pernah mendengar kata ini dalam konteks sedang misuh betulan.
  • Bajing: nah, kalau yang ini malah langsung merujuk binatang yang dijadikan sasaran kekasaran.
  • Bajingan Kampret: sepertinya ini salah satu varian modern yang hanya populer di wilayah tertentu. Karena saya tidak pernah mendengar versi ini sebelumnya ketika masih sekolah. Baru ketika saya kuliah pernah mendengar varian ini. Hampir sama dengan varian paripurnanya, memadukan dua nama binatang dan sama-sama termasuk kasar.
  • Bajigur: kalau yang satu ini bisa dikatakan versi lunaknya atau yang sudah mengalami penghalusan atau terpeleset dari kata awalnya yang kasar. Merujuk pada nama minuman tradisional yang cukup populer di Pulau Jawa, khususnya masyarakat Jawa dan Sunda. Kebanyakan motif orang menggunakan kata bajigur, agar tidak terjebak dalam kekasaran atau mengurangi intensitas permisuhannya.

Di luar varian ini, sepertinya masih ada yang mungkin bisa dimasukkan. Namun yang saya tulis ini kebanyakan adalah yang pernah saya dengar secara langsung terutama dari pelakunya.

Jadi bisa dikatakan kata permisuhan satu ini memiliki banyak varian yang bisa dirunut mulai dari maknanya sampai jenis kata yang digunakan oleh pelakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun