Rabu, 2 November 2022
09.00 WIB
Di Kantin Kampus
Sedang anteng-antengnya menggambar, Nida dan Zulfa datang dan mengagetkanku yang langsung kaget dan tidak sengaja mencoret sketsa yang sedang aku buat.
"Heiyo! Sibuk amat Za, lagi ngapain?" Tanya Nida seraya menepuk pindah ku keras.
Aku mengelus dada ku pelan, sedikit menetralkan jantungku yang berdetak keras barusan, "Kelihatannya lagi ngapain Nid?" Jawabku sedikit kesal, bagaimana tidak kesal saat anteng-antengnya ngegambar di recokin gini. Kan bete.
Zulfa hanya mengedikkan bahunya acuh, dan dengan wajah watadosnya ia langsung duduk di sebelah kanan ku seraya berkata, " Yeh... sensi amat sih Za. Santai lah" Sambil menaruh tasnya di atas meja.
Nida pun langsung mendudukan dirinya di sebelah kiri ku di bangku kantin kampus. Nida Nurunnisa sahabatku dari kecil dan sekarang satu kampus denganku walaupun beda fakultas, biasa dipanggil Nida dan yang disebelah kananku Zulfa Kartika Putri atau biasa dipanggil Upe aku kenal dengannya saat orientasi kampus, satu fakultas denganku dan masih ada 2 orang sahabatku yang lain Aulia Agustina Hermansyah dan Humairah Nurhasanah mereka sahabat-sahabat terbaikku, dan masih satu angkatan dengan ku namun beda jurusan dan fakultas. Huma tetanggaku rumahnya pun lumayan dekat dengan rumahku, dan Aul dia teman sekelasku waktu SMA dulu kita gak begitu dekat tapi waktu kelas 3 kita dekat sampai sekarang.
"Lagi ngegambar apa Za? Buat tugas animasi atau apa?" Tanya Zulfa kepo.
Aku menjawab dengan buku dan pensil yang masih aku pegang, "Iya animasi lagi, tapi ada yang lainnya juga, deadline nya minggu besok makanya enggak nyantai aku" Ujarku nelangsa seraya masih melanjutkan mengarsir gambar yang aku buat.
Kulihat Nida sedang menahan ketawanya, "Mohon bersabar ini ujian haha" Nida tertawa mengejek, atas kenelangsaanku.
"Yang sabar ya anak DKV hahaha" Zulfa pun tak kalah mengejekku dengan tawa menyebalkannya.
Kayak yang mereka gak mengaca diri, padahal kalau ada tugas pun sama-sama nelangsa. Akupun menatap mereka malas, "Ucapan kalian, puas amat kayaknya ngejekin aku"
Tawa mereka semakin keras mengundang tatapan tanya dari orang lain yang juga ada di kantin.
"Yaiyalah puas banget hahaha" tertawa puas, setelah mengejek ku yang mendapat tugas dari sang dosen yang tak tanggung-tanggung.
Oh Iya, namaku Alisnya Khanza Nafauziah biasa dipanggil Kanza, masih kuliah, jurusan Desain Komunikasi Visual di ITB semester 4, umurku masih 20 tahun. Masih muda kan? Wkwk... udah segitu aja perkenalannya hehe.
Aku hanya menanggapi mereka malas, "Tertawalah sepuas yang kalian mau" ucapku sedikit ketus, mereka malah semakin terpingkal-pingkal melihatku yang jengkel. Sudahlah biarin aja mereka tidak berperikesahabatan *eehhh :v
Dan setelahnya aku masih menyelesaikan sketsa ku diatas buku gambar A5 yang selalu aku bawa kemana-mana. Karena jika ada inspirasi aku langsung menggambarnya di buku gambar tersebut dan akan aku buat animasi atau gambarnya di salah satu aplikasi di PC ku di rumah.
"Haha bercanda Za, jangan ngambek dongg" ucap Zulfa.
Nida menimpali ucapan Zulfa, "Sok-sok yang anteng ya Kanza, semangat hehe" setelahnya kembali tertawa renyah.
Tawa mereka sedikit reda, mungkin kecapean tertawa dari tadi.
"Iyalah-iyalah terserah kalian aja" ucapku.
"Kalian udah beres kelasnya emang?" Tanyaku menatap mereka bergantian.
"Aku sih udah, tadi mata kuliahnya pagi, gak tau tuh si Nida" jawab Zulfa seraya menoleh kearah Nida.
"Aku juga udah, kebagian pagi juga. Btw, si Huma sama si Aul mana? Belum nongol tuh anak" Jawab dan tanya Nida seraya celingak-celinguk tengok kanan kiri liatin seisi kantin, siapa tahu lihat Huma sama Aul di sekitar kantin.
"Gak tau tuh, dari tadi juga aku belum lihat mereka berdua" jawabku seadanya.
Kulihat Zulfa mengobrak-abrik tasnya mencari sesuatu yang ternyata mencari HP nya, "Bentar aku chat dulu mereka" kata Zulfa sambil membuka kunci layar HP nya dan membuka salah satu aplikasi chat untuk menghubungi Huma atau Aul.
"Kamu kuliah nya siang ya Za?" Tanya Nida.
Aku hanya mengangguk mengiyakan, "huum".
"Jam segini udah ke kampus Za, rajin amat" gak tau pujian atau mau ngatain lagi nih si Nida.
"Biasalah, nyari inspirasi. Kalau di rumah mah kurang inspirasi nya" jawabku.
Tak berapa lama Zulfa menaruh HP nya diatas meja seraya berkata "Guys, kata si Huma dia lagi ada kelas sama si Aul. Makanya gak keliatan dari tadi"
Aku dan Nida hanya mengangguk mengerti. Setelahnya akupun kembali memasukan buku sketsa ku kedalam tas setelah semua gambarku selesai.
"Laper nih, pesen makan yuk?" Kataku seraya memegang perutku yang belum diisi dari tadi.
Emang tadi belum pesen gitu?" Tanya Zulfa heran.
Belum pe, cuman ngegambar dari tadi terus pesen minum sama makan gorengan" Jawab ku lesu, karena aku tadi cuman sarapan bubur dirumah. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10:00 WIB perutku minta diisi ternyata.
"Perut kamu emang melar ya Za, kkkk~" Nida terkekeh geli seraya menggelengkan kepalanya.
Ck akupun hanya mendecih memutar bola mataku malas, mulai lagi nih si Nida. Zulfa pun hanya terkekeh melihatku. "Terus aja terus, suka banget kayaknya ngebully nya" aku pun hanya mempoutkan bibirku kesal.
"Aku kan cuma bercanda iihh Za, jangan marah ya ya?" Nida dengan puppy eyes nya adalah perpaduan yang menjijikan, aku hanya menggedikan bahuku ngeri.
"Udah ah, mukamu gak enak dilihat Nid" Nida memanyunkan bibirnya mencibir.
"Emang kalian belum ada tugas ya? Nyantai amat" Tanyaku.
"Ada sih cuman dikit" Jawab Nida nyantai.
"Kalau kamu pe?"
"Gak ada aku mah, tapi gak tahu besok mah huhu" ujar Zulfa dengan wajah yang dibuat-buat sedih.
"Mohon bersabar, sebentar lagi tugas menanti kalian" ujar ku sambil menunjukkan smirk ku.
"Yeeyy kamu mah gitu" sembur Zulfa dan Nida berbarengan.
"Hahahah... udah ah, laper. Mau pesen gak?"Â
"Mau lah, belum makan nih" ujar Nida, diangguki setuju oleh Zulfa. Kami pun memesan makanan kepada ibu kantin.
*****
Terik matahari siang begitu menyengat, walaupun jam sudah menunjukan waktu sekitar pukul 14:30, setelah selesai kuliah akupun berjalan menuju tempat parkir untuk membawa motorku kembali ke rumah.
Di tengah perjalanan aku melihat 4 sahabatku sedang berkumpul di taman kampus, heran biasanya mereka ngabarin kalau mau kumpul. Akupun menghampiri mereka.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" jawab mereka serempak.
"Baru aja mau di telpon, udah nongol" ujar Aulia sambil tersenyum.
"Panjang umur kamu Za" timpal Huma.
Akupun hanya terkekeh "Aamiinn hehe... Btw, lagi pada ngapain nih? Belum pada pulang?" Tanyaku penasaran.
"Kumpul aja lah, sambil mau ngerundingin buat hari Minggu nanti mau kemana" ujar Nida.
Aku hanya mengangguk mengerti, "Ohh gitu ya, emangnya mau kemana Minggu ini?" Ujarku.
Biasanya hari minggu kami suka pergi hangout sekedar jalan-jalan atau ke cafe yang ada di Bandung ataupun olahraga di hari Minggu kalau tidak ada kesibukan, aku dan Huma juga kadang suka ikut kajian di Masjid Salman ITB yang suka mengadakan kajian-kajian disana ataupun di tempat lain.
Kulihat Huma menepuk-nepuk rumput di sebelahnya, "Sini atuh duduk Za, ngajanteng waen kayak patung haha" kata Huma mengisyaratkan ku agar duduk di sebelahnya. Memang lebih nyaman kumpul duduk-duduk di bawah rumput taman yang boleh di duduki dan di bawah pohon rindang, karena selain lebih leluasa enak aja gitu duduknya melingkar ataupun bagaimanapun enak hehe...
"Emang mau kemana Minggu ini?" Tanya Aulia menatap kami berempat.
"Gak tau tuh, ke yang deket-deket ajalah" jawab Nida.
Aku mengangguk setuju, pasalnya di Bandung juga masih banyak tempat-tempat yang bagus dan terjangkau.
"Iya setuju, jangan jauh-jauh. Soalnya Bandung juga banyak tempat yang bagus. Dan yang terpenting lagi aku harus ngerjain tugas biar cepat selesai" ucap ku memberi saran kepada mereka.
" Kulihat Zulfa dan Huma menganggukkan kepalanya setuju. "
" Nida memulai pendapatnya, "Oke deh, yang deket aja. "" Gimana olahraga atau jogging ke tamkot terus entar ke cafe, atau juga bisa ke perpustakaan yang ada di Bandung?" Ujar Nida usul.
"Mau apa ke perpus Nid?" Tanya Zulfa penasaran.
"Siapa tahu aja ada buku bagus gitu" jawab Nida sembari tertawa kecil.
Kamipun hanya ber-ohh ria.
"Mending ikut kajian gimana?" Ujar ku yang baru teringat akan ada kajian di Masjid Salman ITB yang membahas tema tentang Hijrah. Aku sangat ingin mengikutinya.
Mereka menatap ku heran, "Kajian apaan emang Za?" Tanya Huma penasaran, sepertinya Huma belum tahu soal kajian itu, karena akupun dapat dari temanku yang lain yang sering latihan memanah denganku.
"Itu tentang Berhijrah. Gimana? Serukan?" Tanyaku sambil menatap mereka bergantian untuk melihat bagaimana reaksi mereka.
"Hmmm... bagus juga tuh Za. Ikut ah, pengen nambah ilmu juga" Kata Aulia bersemangat seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ahh gak mau ah, mending ke cafe nongkrong. Males aku mah" Zulfa berbicara malas.
"Huusshh...jangan gitu dong pe, sekali-kali lah kamu teh, ikut siraman rohani biar berkah hidupmu wkwk" Ujar Huma seraya mengibaskan tangannya geli.
"Apaan sih kamu Huma gak lucu tahu" Ujar Zulfa sembari mengerucutkan bibir nya ngambek.
"Eyy... siapa juga yang lagi ngelucu pe, kamu ini" Huma hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Iya tuh pe, dengerin kata Bu Ustadzah. Biar berkah hidup kamu haha" Kami semua pun tergelak mendengar penuturan Nida barusan, polos dan nyelekit haha...
Zulfa hanya melipat tangannya di depa dada seraya memalingkan mukanya dari kami "Terus aja terus huuhh..." ujar nya galak, ngambek ceritanya mah.
" Aku pun mulai mengatur tawa ku yang mulai hilang intensitasnya menjadi kekehan kecil, "kkkk~ maaf atuh maaf, gak bermaksud kok pe. Tapi kan bener, kita hidup di dunia itu bukan hanya dunia saja yang kita cari namun juga akhirat kita. Gini aja dunia itu hanya tempat singgah doang, cuman sementara, hitungan akhirat saja kita cuman 1,5 Jam di akhirat itu rata-rata umur kita di dunia 60-70 tahunan pe. Tuh cuman sebentar kan?" Ujar ku seraya menatap mereka memberi penjelasan yang mudah-mudahan bisa diterima oleh Zulfa dan gak ngambek lagi.
Kulihat mereka mendengarkan penjelasan ku dengan seksama, terutama Zulfa yang mulai gak ngambek lagi.
"Iya, bener banget tuh Za. Kita di dunia cuman sebentar makanya orientasinya gak boleh ke dunia mulu, harus berorientasi untuk akhirat. Apalagi sekarang kita adalah umat akhir zaman yang kemungkaran dimana-mana, yang maksiat tuh udah gak malu-malu lagi nunjukkin nya. Makanya kita harus membentengi hati kita dengan iman yang kuat supaya kita gak terjerumus kedalam lembah dosa" Ujar Huma menambahkan.
Aku mengangguk setuju, "Karena makin kesini makin banyak banget godaan nya, tapi semakin banyak godaan kita semakin kuat dan semakin taat kepada-Nya, semakin membuat kita untuk selalu istiqamah dalam menjalankan perintahnya dan terpenting lagi pahalanya makin banyak hehe" kataku menambahkan, saat kumpul kayak gini, obrolan seperti inilah yang membuatku bersemangat. Obrolan yang membuat kita semakin bersemangat untuk berhijrah menjadi lebih baik lagi.
Kulihat Zulfa menundukan kepalanya seraya berkata, "Hmmm.. Iya juga ya, astagfirullah haladzim... maafin aku Ya Allah, aku udah lalai dari-Mu. Alhamdulillah juga aku ketemu sama kalian sahabat-sahabat sesurgaku, bantu aku untuk berhijrah ya sahabat" Zulfa pun mengangkat kembali kepalanya seraya menatap kami penuh harap, aku tersenyum melihatnya yang ingin berhijrah menjadi lebih baik. Kamipun saling berpelukan menyalurkan rasa bahagia kami satu sama lain.
"Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah. Indah banget ya kalau gini hehe" Ujar Aulia.
"Sebenernya aku juga belum sepenuhnya berhijrah pe, namun kita sama-sama berjalan dan sama-sama menuju taat" ujarku haru, karena jujur akupun masih belum sepenuhnya berhijrah, hijrah itu memang mudah yang sulit itu istiqamahnya kita untuk mentaati semua perintahnya, tapi jika kita ikhlas semuanya pasti terasa mudah.
"Iya, aku juga masih belajar memantaskan diriku kok. Masih banyak kekurangan, gak seperti yang kalian kira itu" ujar Huma sembari tersenyum tipis menatap kami.
Kami saling melempar senyum damai, subhanallah begitu indahnya hidayah dari-Mu ya Rabb, Istiqomahkan aku selalu di jalan-Mu Aamiinn...
Kulihat Nida menyernyitkan keningnya setelah mendengar kata-kata Zulfa yang menyentil hatinya. "Nida, gimana sama kamu? Mau hijrah juga gak? Hehe" tanya Zulfa.
Aku, Aulia, dan Huma hanya terkekeh mendengar pertanyaan Zulfa kepada Nida, atau lebih tepatnya ajakan kepada Nida untuk berhijrah. Aku dan Nida memang dekat malah seperti sahabat tapi Aku jarang menceritakan apapun kepadanya hanya dia yang sering curhat kepadaku. Sampai Aku memutuskan untuk beehijrah pun Aku tidak menceritakan kepadanya, tapi pernah Aku bercerita tentang hijrah ku kepadanya dan dia mendukungku juga, Aku pikir dia akan mengikuti jejak ku namun nyatanya belum, Allah belum memberikan hidayah kapada Nida atau Nidanya yang tak mau menjemput hidayah itu. Aku ingin dia berhijrah juga, tapi itu pilihan dia Aku sudah beberapa kali mengajak nya dan memberikan motivasi religi kepadanya namun tetap saja, itu tergantung pada dirinya sendiri yang memutuskan. Sampai akhirnya Aku dekat dengan Huma yang notabene tetanggaku, hanya berjarak 2 rumah dari rumah kami, namun karena waktu SMA kita beda dan Aku jarang ketemu dengannya karena kesibukan masing-masing. Karena pas waktu SMA Aku masih mengaji di Mesjid yang ada di kampung ku, Aku sering bertemu dengannya walaupun masih jarang ngobrol, Aku penasaran dengannya yang selalu pakai kerudung lebar dan baju longgar, Akupun bercerita kepadanya dan Alhamdulillah dia juga lagi masih proses dalam berhijrah, dari situ terjawab semua kebingunganku tentang berhijrah dan mendapatkan teman hijrah yang baru, kami pun dekat dan suka mengikuti kajian-kajian setiap hari ahad dan sampai sekarang akupun semakin dekat dengannya.
Kulihat Nida menatap kami malu seraya berkata, Insyaallah Aku juga ingin berhijrah seperti kalian, Aku malu juga kalau kalian pakai jilbab longgar sedangkan Aku seperti kekurangan bahan. Pakai jilbab pun hanya seperti aksesoris. Padahal jelas sekali Allah mengatur memakai jilbab tuh harus bagaimana, Astagfirullah... Aku baru tersadar sekarang. Padahal Aku dengan Kanza dekat dan dia pun sering memberikan motivasi kepadaku untuk berhijrah namun Aku selalu menyangkal dengan tak melaksanakan perintah-Nya sebagai seorang muslimah yang baik Nida menunduk menahan tangisnya, Aku menatapnya haru. Hidayah dari Allah tuh memang dekat, bukan hanya sekedar menunggu hidayah saja namun jemput juga hidayah itu, karena Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum suatu kaum itu merubah nya sendiri.
Aku memeluk Nida memberikan semangat dan ketenangan kepadanya, Akupun merasakan apa yang ia rasakan saat memutuskan untuk berhijrah. Rasa menyesali semua perbuatanku dan dosa-dosa yang aku perbuat selama ini. Aku berikan kepadanya semangat dan menyarankannya untuk segera bertaubat, memohon ampun kepada Allah SWT. atas semua dosa-dosa kita kepada Allah.
Hari ini kami habisakan dengan berbagai cerita, berbagai motivasi penyemangat satu sama lain agar semakin kuat dan semakin taat kepada-Nya untuk menjadi seorang muslimah sejati.
Banyak pelajaran di hari ini, terutama kebahagian karena dua sahabatku yang lain memutuskan untuk berhijrah pula, terutama Nida yang mendapatkan hidayahnya, Zulfa juga dia begitu bersemangat untuk menuju lebih baik.Â
Aku menatap mereka bersemangat, memberikan senyum terbaikku kepada sahabat-sahabat ku yang sama-sama berjuang. Semoga persabahatan kita tak hanya di dunia tapi juga di Akhirat kelak, karena persahabatan kita karena Ridha Allah SWT.Â
"Jadi sekarang kita perbaiki niat kita Lillah, hanya karena Allah SWT. hanya karenaNya, kepadaNya dan untuk Dia. Jangan karena hal-hal lain karena itu hanya sia-sia, yuk perbaiki niat kita untuk mencari Ridha-Nya. Semangat Strong Girls, Semangat Ukhti Fillah" ujarku tersenyum seraya mengepalkan tanganku keudara memberikan semangat Hijrah kepada mereka menatap optimis dan penuh keikhlasan dan keyakinan dalam segala hal. Meraka mengikuti hal yang sama dengan ku, dengan senyum yang mengembang di wajah mereka masing-masing, dan dengan sebuah awal yang baru menuju lebih baik.
Hari ini pun aku habiskan senjaku bersama mereka, bersama-sama mengisi masa muda kita dengan hal-hal yang positif untuk dilakukan.
Senja pun menjadi saksi antara persahabat Aku, Huma, Nida, Aulia dan Zulfa yang Semoga selalu Allah Ridhai dan Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, dan Semoga persahabatan kami sampai ke JannahNya.Â
Senja yang indah dengan senyum merekah di setiap untaian kata, menyalurkan kebahagiaan kepada sang senja.
Hari Ahad yang telah di nanti-nanti pun tiba, kemarin kami sepakat untuk mengisi hari libur kami dengan mengikuti kajian yang Aku beritahukan kemarin. Akupun tengah bersiap-siap di depan cermin merapikan hijab ku biar gak kusut dan berantakan.
Karena acara nya dimulai pukul 09:00 WIB, kami memutuskan untuk berkumpul langsung di Masjid Salman ITB.
Setelah selesai merapikan pakaian ku, Akupun turun kelantai bawah untuk sarapan, setelah membersihkan rumah dan mencuci pakaian tadi akupun bergegas untuk mandi.
Sekitar pukul 08:00 Aku pergi sarapan, biasanya aku sarapan pukul 07:00 namun tadi karena aku mencuci dulu jadi telat deh.
Aku celinga-celinguk melihat keadaan sekitar, meja makan yang berdekatan dengan dapur mencari Umi sama Abi yang biasanya sarapan bersama.
"Abi sama Umi kayaknya udah duluan deh ya tadi, yaudah deh makan sendiri" monolog ku dalam hati seraya mendudukan diriku ke kursi meja makan.Â
******
Sekitar pukul 08:15 aku berangkat kerumah Huma dengan sepeda motorku, dengan sebelumnya aku pamitan dulu dengan Abi dan Umi ku, adikku entah kemana dia udah main sama teman-temannya. By the way, Aku punya 1 adik dan 1 kakak laki-lakiku yang akan segera menikah bulan ini karena umurnya sudah 24 tahun dia memutuskan untuk mengkhitbah seorang Akhwat yang dikenalkan oleh guru pebimbingnya di organisasi rohis yang dia ikuti.
Akupun membawa motor dari garasi rumah dan menstater motor ku.
"Umi, aku pamit ya.. Assalamu'alaikum" pamitku pada Umi ku.
Kulihat Umi tersenyum dan menganggukan kepalanya.Â
"Iya, hati-hati ya nak"Â
Aku hanya menganggukan kepalaku mengiyakan ucapan Umi ku.
Akupun melajukan motor ku pelan, karena akan berangkat bersama Huma dan Nida. Kulihat Huma dan Nida sudah ada di depan rumah Huma dan Akupun meminggirkan motorku di dekat Huma.
Akupun membuka helm ku, "Assalamu'alaikum shalihah" salamku kepada mereka berdua.
"Waalaikum salam Kanza" jawab mereka kompak.
"Kamu bawa motor Nid?" Tanyaku pada Nida.
Kulihat Nida hanya nyengir seraya menganggukkan kepalanya, "Iya Za, tapi Huma sama Kamu aja ya. Aku masih belajar soalnya bawa motornya" ujar Nida.
"Iya deh. Ayo, naik Huma" ajakku pada Huma.
Kulihat Huma menganggukkan kepalanya, "Iya, bentar Za pamit dulu"
*****
Kami sampai di tempat pukul 08:45 WIB karena jarak dari rumah kami dekat dengan Masjid Salman ITB.
Kulihat pula Zulfa dan Aulia sudah Ada disana, langsung saja kami menghampiri mereka dengan sebelumnya memarkirkan motor kami di tempat parkir.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikum salam"
"Kalian Udah dari tadi disini?" Tanya Huma pada Aul dan Zulfa.
Kulihat Aulia menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Enggak kok Huma, baru aja nyampe. Iya gak pe?" Kata Aulia.
Zulfa hanya tersenyum seraya menganggukan kepalanya tanda setuju.
"Oh gitu, yaudah atuh ayo kita masuk kedalam" kataku.
"Iya ayo" Kata mereka kompak.
*****
Sudah pukul 09:00 pemateri yang akan menyampaikan tausiyah pun datang, seorang Ustadz muda dan gaul. Yang ternyata baru aku tahu namanya Ustadz Ali Muhammad Zainal. Setelah acara dibuka oleh MC dan beberapa patah kata, sekarang giliran sang Ustadz untuk memberikan ceramah nya kepada kami semua.
Kulihat beliau duduk di kursi yang telah disiapkan oleh panitia dan akan segera memulai tausiyah nya. Dengan membaca basmallah beliaupun mengucapkan salam dan memberikan beberapa kata pembukanya.
"Bismillahirrohmannirrohim... Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"
 "Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh"
"Alhamdulillah syukronillah puji beserta syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi, shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam"
Setelah itu beliaupun menyampaikan beberapa tausiyah nya yang berkaitan dengan hijrah kepada kami semua.
"Siap diuji saat berhijrah, temen-temen disini sudah tahu arti hijrah itu? Sudah yakin memutuskan untuk berhijrah?"
Kami semua menyimak dengan begitu antusiasnya saat sang Ustadz memulai ceramahnya dengan gaya khas nya.
"Para hadirin rohimakumullah, Hijrah disini artinya meninggalkan kehidupan yang jauh dari agama menuju kehidupan baru yang berusaha serius menerapkan ajaran agama.
Mungkin disini banyak yang dengar cerita saudara-saudara kita yang hijrah, meninggalkan riba, meninggalkan musik, meninggalkan pekerjaan haram, meninggalkan bid'ah, meninggalkan maksiat, kemudian mereka diberi kemudahan-kemudahan setelah hijrah, rezeki lancar, hidup juga makmur."
Sang Ustadz dengan lancarnya memberikan ceramahnya kepada kami dengan sesekali menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri seraya tangannya pun tidak tinggal diam dan memperagakan apa-apa yang ia ucapkan.
 "Namun itu hanya sebagian dari kisah-kisah hijrah temen-temen. Disamping kisah-kisah gemerlap itu, ada kisah-kisah lain. Ada yang setelah hijrah kemudian berseloroh: "mengapa hidup saya lebih susah ketika sudah hijrah?". Ada yang diuji dengan seretnya rezeki. Ada yang harus mengalami konflik rumah-tangganya. Ada yang diuji dengan gangguan dari keluarganya atau teman-temannya.
Saya katakan, memang begitulah sunnatullah, yang siap hijrah akan diuji! Allah Ta'ala berfirman:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"
[QS. Al Ankabut: 2]
Para hadirin rahimakumullah, yang setelah hijrah diberi nikmat dan mudahnya rezeki itu pun ujian, apakah ia bisa tetap istiqomah dengan nikmat tersebut, ataukah menjadikannya luntur dan futur kepada Allah Swt.?
Yang jelas teman-teman setelah hijrah, harus siap diuji oleh Allah. Harus siap dalam segala hal, harus berani, demi menggapai ridha-Nya dan jannah-Nya.Â
Surga itu butuh diperjuangkan. Harus bersabar. Tujuan akhir kita adalah akhirat, dunia itu sebentar, akhirat itu abadi. Dunia itu hina, kemenangan di akhirat itu kemuliaan!
Semoga Allah memberi taufiq dan hidayahnya kepada kita semua. Aamiinn ya rabbal alamin.."
Waktu bergulir dengan cepat tak terasa sudah pukul 11:00 WIB, tak terasa selama 2 jam-an kami menyimak apa yang Ustadz Ali sampaikan, sampai sesi tanya jawab pun begitu banyak yang bertanya.
Kami kembali mendiskusikan apa yang tadi kami dapat selama kajian di dalam. Aku, Huma, Zulfa, Aulia dan Nida kini sedang berada di teras Masjid.
"Alhamdulillah banget ya, aku seneng banget tadi. Ustadznya keren ceramahnya terus temanya pas banget lagi sama aku yang mau hijrah" Kata Zulfa memulai percakapan.
Kulihat Nida pun tersenyum menanggapi kata-kata Zulfa barusan, "Iya nih pe, Alhamdulillah banget ya. Jadi aku semakin mantap dan kuat untuk berhijrah menjadi lebih baik" katanya dengan bersemangat. Aku tersenyum bahagia melihat sahabar-sahabatku mau memutuskan untuk berhijrah, agar kita bisa sama-sama meraih ridhaNya.
"Alhamdulillah kalau begitu mah, semoga selalu diberikan keistiqamahan yaaa shalihah" ujar Aulia memberikan semangat kepada kita semua.
Bukan hanya bersahabat di dunia tapi semoga sampai di ke Surga-Nya.
"Sesungguhnya orang yang senantiasa mengingatkanmu untuk selalu takut kepada Allah adalah teman sejatimu yang lebih berharga dari apa pun di dunia ini" - Abu Maryam
Begitu banyak pelajaran dalam hidup kita, Begitu banyak hidayah datang menghampiri kita tapi jika kita tidak pandai-pandai dalam mendapatkan hidayah itu kita tidak akan mendapatkan apa-apa, maka kejarlah hidayah itu kiranya dekat denganmu maka genggamlah erat hidayah itu.
Hijrah, tak perduli seberapa buruk Kamu di masa lalu, yang terpenting sekarang Kamu sedang memperbaiki diri untuk menuju-Nya.
Hijrah!
Hijrahkan hatimu untuk mencari ridha-Nya, bukan semata baik dimata manusia bukan seberapa cantik luarmu tapi akhlak mu ukhty..
Mari kita mulai Hijrah kita, Kalau tidak sekarang kapan lagi?
Bukankah Maut tidak menunggumu taubat?
Jemputlah Hidayah, karena Hidayah takkan datang tanpa kau jemput.Â
Saat berhijrah, tak pernah, tak pernah tau apakah kehidupan kita akan lebih baik atau malah buruk.
Tapi ingat ukh, Allah pasti akan mengujimu terlebih dahulu, entah itu dengan kebahagiaan.
Karena Allah ingin tahu seberapa yakin dan istiqamah nya dirimu dalam berhijrah.Â
Let's Hijrah!
Mantapkan hatimu, karena selain daripada Allah dan Rasulnya semuanya Fana.
-The end-
**********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H