Seminari Mertoyudan merupakan Sekolah Menengah Atas yang dikhususkan untuk pendidikan para calon imam atau pastor. SMA Seminari Mertoyudan juga dikenal sebagai rumah formasi bagi para calon gembala Gereja.
 Tujuan dari Seminari Mertoyudan sendiri juga untuk menjadi rumah formasi bagi para calon gembala yang gigih dan gembira mencintai Kristus, haus akan pengetahuan dan berhasrat melayani. Seminari Mertoyudan juga memiliki nilai yang mereka yang mereka junjung biasa disebut sebagai 3S yaitu sanctitas, sanitas, dan scientia.
Sanctitas atau kesucian merupakan nilai yang dibina dan dijunjung untuk keperluan formasi yang holistik. Siswa dibina dan dibimbing untuk mengolah spiritualitas serta mengutamakan kejujuran agar semakin serupa atau mendekati kesempurnaan citra Allah.Â
Seminaris dibina untuk semakin mendalami serta mengolah batin melalui hal / kegiatan holistik untuk semakin merasakan pengalaman akan Tuhan. Tidak lupa juga dengan moral yang ditinggikan untuk melatih para seminaris juga supaya semakin menjunjung nilai kemanusiaan.
Para seminaris dibina juga melalui berbagai sarana dan didampingi oleh pamong masing - masing. Terdapat sepuluh staf yang berfokus pada pembinaan iman dan bimbingan rohani. Ditambah masih banyak lagi staf eksternal yang membantu dalam peranan bimbingan rohani para seminaris.Â
Dalam bimbingan rohani, para seminaris diminta untuk membuat consideratio status yaitu dinamika perasaan selama satu bulan terakhir dan diolah dalam ruang diskresi bersama melalui bimbingan rohani.Â
Formasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu formatio, yang artinya pembentukan. Para seminaris yang tergabung dalam komunitas Seminari Mertoyudan dibina/dididik dan dibentuk untuk menjadi pribadi yang mengarah pada iman melalui habitus - habitus disipliner dan holistik. Sedangkan, seminari berasal dari bahasa latin yaitu seminarium dengan kata dasar cemen yang artinya benih. Tempat yang merujuk pada pembibitan terutama bagi para calon gembala Gereja yang baik dan menjunjung kemanusiaan.Â
Universal Apostolic Preferences atau UAP menjadi titik utama nilai formasi. Uap yang pertama yaitu menunjukan jalan menuju Allah lewat penularan diskresi dan Latihan Rohani. Di Seminari Mertoyudan, para seminaris dibimbing secara bertahap dan intens untuk semakin menumbuhkan sikap diskretif. Sikap diskretif menjadi acuan dasar bagi para seminaris dan para formator dalam menumbuhkan kepekaan akan realitas zaman atau era post truth, saat kebohongan dapat menjadi wujud / menyamar sebagai kebenaran.Â
Pada proses formasi, para seminaris dibimbing melalui koreksi terhadap berbagai latihan doa dan refleksi harian. Seminaris difokuskan pada formasi untuk berefleksi setiap hari menyadari serta merasakan pengalaman akan Tuhan dalam kehidupan sehari - hari. Terdapat bimbingan khusus oleh prefek spiritual untuk semakin mendalami dan mencecap - cecap pengalaman akan Allah dalam pengalaman - pengalaman sederhana, tetapi kompleks. Koreksi serta colloquium bersama bidang keprefekan juga menjadi sarana khusus yang hanya ada di Seminari Mertoyudan ini untuk semakin mengenal dan menyelam ke dalam diri dalam ruang diskresi bersama.Â
Diskresi sendiri artinya menimbang - nimbang. Mencecap dan menimbang - nimbang sebagai dasar awal seseorang untuk membuat keputusan. Dalam formasi, diskresi menjadi hal utama yang perlu dilatih dan ditumbuhkan oleh tiap seminaris sehingga mampu mengambil keputusan yang terbaik dan melibatkan Tuhan dalam keputusan praktis. Seminaris diberi kesempatan untuk berdiskresi setiap saat dalam penuh kesadaran serta menemukan Tuhan dalam diskresi serta memaknai hasil perjumpaannya dengan Tuhan lewat refleksi harian.Â
Selanjutnya, disediakan sarana keheningan. Keheningan atau silentium bertujuan untuk membangun iklim lingkungan yang hening baik dalam diri maupun luar diri. Menjadikan sarana bari para seminaris untuk bertemu dengan dirinya sendiri dalam keheningan berkaca dan bercakap pada dirinya sendiri. Menyadari adanya gejolak - gejolak serta perasaan yang timbul, lalu menalarnya. Silentium difokuskan untuk mendukung waktu rohani atau waktu doa sehingga para seminaris mampu menemukan buah - buah doa dalam kehidupannya sehari - hari.Â
Silentium sendiri dijalankan setiap waktu rohani. Rohani pagi pukul 04.45 WIB hingga selesai Misa harian dan sarapan pagi sebelum kelas dimulai pukul 06.45 WIB. Waktu siesta atau tidur siang pukul 14.00 - 15.00 WIB, waktu rohani sore yang biasanya diadakan program - program khusus baik dari keprefekan maupun kepamongan seperti latihan - latihan doa dan sebagainya pukul 17.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.Â
Dilanjutkan waktu rohani malam dengan berbagai acaranya seperti puncta, sharing bawil, intruksi atau konferensi medan, ibadat malam komunitas baik ibadat penutup completorium, rosario, ataupun koronka yang dimulai pukul 21.15 -- 22.30 WIB. Tujuan diadakannya suasana hening atau silentium juga sebagai sarana menemukan dan melihat diri sendiri menghasilkan buah doa yang berlanjut pada buah -- buah lainnya seperti iman, pelayanan, kasih, dan damai.Â
Seminari Mertoyudan merupakan landasan pendidikan formasi calon imam di bawah asuhan kongregasi Serikat Jesus. Berbagai macam jesuit berkarya dalam bidangnya masing -- masing di Seminari ini. Seperti keprefekan atau prefek spiritual, rektorat, sub pamong, kepala sekolah, dan masih banyak lainnya. Dalam membentuk iklim rohani terutama doa, dikenalkan dan dilaksanakan Latihan Rohani.Â
Latihan Rohani merupakan sarana yang disediakan oleh rumah formasi terutama bidang prefek spiritual. Kegiatan ini menjadi salah satu sarana penting bagi para seminaris sebagai tempat penyadaran diri dan berjumpa dengan Tuhan.Â
Merasakan apa yang menyentuh atau mengesankan pada suatu pengalaman maupun ayat -- ayat dalam kitab suci yang dipilih sebagai bahan doa. Dalam prosesnya, para seminaris akan dipandu oleh bidang keprefekan dari kepamongan mulai dari persiapan hingga refleksi.Â
Setiap hari pun diadakan refleksi harian. Refleksi harian ini akan dikumpulkan dan ditanggapi oleh pamong maupun sub pamong. Refleksi harian wajib dilaksanakan dan dikumpulkan sebagai tanda bahwa seminaris masih melanjutkan proses formasi dengan baik serta konsisten.Â
Program yang unggul ini menjadi salah satu sarana yang sangat baik bagi para seminaris untuk melepas, mencurahkan, dan mengolah dinamika perasaan yang terjadi selama satu hari. Dengan refleksi, seminaris semakin mampu untuk mengembangkan diri, menumbuhkan kepekaan, serta menemukan maksud dari tindakan Tuhan dalam kehidupan sehari -- hari atau baisa disebut pengalaman akan Tuhan.Â
Tahun ajaran 2024/2025 ini berfokus pada tahun sanctitas atau kesucian. Tema yang diangkat yaitu menjadi suci dengan semakin menjadi manusiawi. Dalam artian semakin memanusiakan manusia melalui pikiran, perkataan, dan tindakan. Dalam kegiatan sederhana sehari -- hari mampu untuk melihat orang lain sebagai sesama manusia tanpa mengelompokan satu sama lain untuk menjadi saling membantu dan menolong.Â
Dalam proses formasi, penulis merupakan seorang seminaris kelas KPA tahun ajaran 2024/2025 yang memutuskan untuk masuk menempuh formasi di Seminari Mertoyudan.Â
Penulis melalui proses formasinya memahami bahwa kemanusiaan hakekatnya radikal, ada di atas segalanya, tetapi ada di bawah Tuhan, "bagaimana kita dapat mempersembahkan doa -- doa dan kegiatan rohani yang begitu mulia dan indah jika kita masih belum dapat memperlakukan sesama kita tanpa melunturkan martabatnya sebagai manusia?" Seharusnya, mulai dari hal -- hal kecil baik dari etika makan maupun cara kita bergaul / berelasi. Penyadaran -- penyadaran sederhana kemudian direnungkan hingga mampu menemukan dari hal sekecil apapun kemanusiaan ada.Â
Dalam kasusnya diambil etika ketika sedang makan. Ketika kita makan, kita kerap kali tidak menghabiskannya, entah memang tidak habis karena terlalu banyak mengambil atau yang paling kecil yaitu menyisakan satu butir nasi saja. Perlu kita ketahui bahwa kita pun makan untuk mereka orang -- orang yang tidak dapat makan, kita perlu menghabiskan makanan yang telah kita terima hingga benar -- benar habis tak bersisa satu pun.Â
Apabila kita makan dengan menyisakan satu butir nasi pun, artinya sama saja dengan merendahkan mereka yang tak dapat makan dengan membuang -- buang makanan yang sebenarnya menjadi jatah mereka juga.
Dari hal kecil menjadi kesadaran akan realitas yang amat bermakna pada kepekaan dan kemanusiaan. Dengan menjadi semakin manusiawi artinya bukan duniawi, tetapi semakin menyadari keluhuran martabat manusia yang menjadi dasar persembahan untuk Tuhan sendiri.Â
Dengan semakin menjadi layak bukan hanya sah, seminaris mengembangkan potensi dan dibimbing untuk menjadikan segala bakat dan keautentikannya sebagai sarana untuk semakin memuliakan Allah. Harapannya, seminaris semakin menemukan Allah dalam kegiatan dan kesehariannya baik kegiatan liturgis maupun non-liturgis.Â
Kesucian tidak dapat diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang panjang. Mulai dari proses sederhana yang paling kecil hingga pada pengalaman keseharian. Barulah didapat juga dalam kegiatan -- kegiatan liturgis yang dibawa dalam iklim doa. Kesimpulannya, langkah pertama yang diperlukan untuk mencapai kesucian yaitu bukan semerta -- merta melulu soal Tuhan, tetapi melihat kembali sisi manusiawi dalam keluhuran martabatnya.Â
Come and Join Us!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H