Dalam kasusnya diambil etika ketika sedang makan. Ketika kita makan, kita kerap kali tidak menghabiskannya, entah memang tidak habis karena terlalu banyak mengambil atau yang paling kecil yaitu menyisakan satu butir nasi saja. Perlu kita ketahui bahwa kita pun makan untuk mereka orang -- orang yang tidak dapat makan, kita perlu menghabiskan makanan yang telah kita terima hingga benar -- benar habis tak bersisa satu pun.Â
Apabila kita makan dengan menyisakan satu butir nasi pun, artinya sama saja dengan merendahkan mereka yang tak dapat makan dengan membuang -- buang makanan yang sebenarnya menjadi jatah mereka juga.
Dari hal kecil menjadi kesadaran akan realitas yang amat bermakna pada kepekaan dan kemanusiaan. Dengan menjadi semakin manusiawi artinya bukan duniawi, tetapi semakin menyadari keluhuran martabat manusia yang menjadi dasar persembahan untuk Tuhan sendiri.Â
Dengan semakin menjadi layak bukan hanya sah, seminaris mengembangkan potensi dan dibimbing untuk menjadikan segala bakat dan keautentikannya sebagai sarana untuk semakin memuliakan Allah. Harapannya, seminaris semakin menemukan Allah dalam kegiatan dan kesehariannya baik kegiatan liturgis maupun non-liturgis.Â
Kesucian tidak dapat diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang panjang. Mulai dari proses sederhana yang paling kecil hingga pada pengalaman keseharian. Barulah didapat juga dalam kegiatan -- kegiatan liturgis yang dibawa dalam iklim doa. Kesimpulannya, langkah pertama yang diperlukan untuk mencapai kesucian yaitu bukan semerta -- merta melulu soal Tuhan, tetapi melihat kembali sisi manusiawi dalam keluhuran martabatnya.Â
Come and Join Us!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H