Mohon tunggu...
Yuliana. Jfr
Yuliana. Jfr Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

"Apa yang diingat atau terpuruk dalam satu titik tiada bermakna." Rumah baca juga tulis tempat menyimpan dan mengasah ide dunia tulis menulis. Bahwa dari sudut pandang seni terdapat banyak makna, yang mana menjadi salah satu bagian dari histori kehidupan. Semoga isi tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik dengan senang hati diterima. Salam santun. - Yuliana. Jfr

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Selamat Jalan Kawan, Tunggu Kami di Sana

19 Juli 2014   22:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:52 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah acara sudah selesai, dan memasuki waktu untuk sholat Isya pukul 20.30 kami pulang karena mau mengejar sholat Taraweh dan Almh juga mau buru-buru pulang ke Asrama, mengingat jam malam dan peraturan dari Asrama Buuts.

Setibanya di pinggir jalan, kami memutuskan untuk naik tramco (Angkot) dengan jalur yang cepat dan mudah dapat kendaraan untuk ke Buuts.

Jadilah kami naik tramco yang tujuan ke Makram, lalu ke Duwaia, dan Ke Buuts lalu Husein. Tapi, naasnya musibah menimpa kami saat tramco yang kami tumpangi berisikan para sekomplotan Harami (Perampok).

Awalnya kami tidak merasa curiga dengan tramco yang kami naiki, karena ketika kami menyetop tramconya ada dua orang penumpang pria. Dan setelah kami naik ada satu penumpang lagi, lalu si penumpang yang terakhir ini turun di Bawabat-3, Khoiruzzaman.

Dan di tramco tinggal kami berlima termasuk pak Supir, kami sudah merasa curiga ketika pak supir berteriak memanggil penumpang yang tujuan ke Makram, dan ada penumpang yang menyetopin mobil yang kami naiki tapi mobil malah melaju dengan cepat dan tidak berhenti untuk menaiki penumpang.

Setelah melewati Masjid As-Salam Bawabat-1, pak Supir berbelok ke arah sebelah kiri yang seharusnya tujuan jalannya lurus dan ini bukan arah ke Makram. Dan saya mencoba bertanya kepada pak Supir,

"Ya Asytoh, ruh fein dah? aisy ila Makram leih ila huna?" (Pak Supir, mau kemana ini? Saya itu mau ke Makram, kenapa kemari?)

"Sawani, aisy ruh ila benzinah" (Sebentar dulu, saya mau ngisi bensin)

Karena memang disamping Masjid As-Salam itu ada pom bensin, tapi anehnya setelah belokan itu pak Supir mengegas mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Kami pun berontak dan berteriak, karena mobil yang kami naiki menuju ke arah Muqottom. Konon katanya daerah sini rawan terjadi kejahatan.

"'Ala gambe ya Asytoh, aisy eih minna? birraha keda" (STOP... pak Supir, kalian ini mau apa? bawa mobilnya pelan-pelan saja)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun