Bismillahirrahmanirrahiim..
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Melalui tulisan ini, saya sebagai pendengar cerita dari kisah Almh Uni Gusti, yang mana beliau adalah sahabat Almh yang selamat dari musibah yang terjadi Kamis Malam, 17 Juli 2014 di Kairo. Yang mengakibatkan korban hingga meninggal, korban adalah mahasiswa Universitas Al Azhar di Kairo. Seluruh pihak baik dari Kedutaan-KBRI, PPMI, hingga pemerintah Mesir dan juga Grand Syeikh turut andil dalam menyikapi musibah yang terjadi dua hari lalu. Demi untuk menindak lanjuti kejahatan yang berencana tersebut berbagai hal dilakukan untuk menemukan para pelaku.
Pun media saat ini sedang gencar-gencar dengan topik terhangat itu, mengalahkan topik pilpres beberapa waktu lalu. Hingga detik ini menjadi perbincangan sosial media apapun menyatakan belasungkawa kepada Almh, saya pun ikut menjadi bagian dari penyebaran kisah kronologi perkara tersebut, ini adalah semata-mata bentuk rasa peduli atas kejadian tersebut, semoga setelah kejadian ini tidak ada lagi korban khususnya saya dan sahabat-sahabat yang tengah merantau untuk menuntut Ilmu di Negara orang.
Semua orang menceritakan kebaikan-kebaikan yang Uni lakukan semasa di dunia, dari rutinnya uni menyetor tilawah di ODOJ hingga Uni pamit untuk keluar dari grup dikarenakan alasan tertentu.
Dari Uni cerita ingin pulang dan pulang, dan pulangnya Uni saat ini sudah Allah gariskan. Dari nasihat-nasihat Uni hingga teguran yang Uni sampaikan semoga menjadi tuntunan kami yang ditinggalkan, Aamiin. Uni, semoga amal perbuatan Uni semasa hidup menjadi suritauladan dan contoh bagi saya dan kami semua, aamiin.
Melalui tulisan ini saya sebagai pendengar dan penulis ingin menyampaikan bagaimana kronologi musibah yang menimpa sang korban dan sahabatnya (Almh. Uni Gusti).
Tulisan ini saya jadikan dalam bentuk cerita saat saya mendengar langsung pernyataan sahabat korban yang mana saat itu bersama Almh. Berikut Seuntai cerita dari sahabat korban yang selamat, atas nama Rizqana Mursyida.
****
Sore itu pukul 16.00 CLT waktu Kairo, saya dan Almh janjian ingin pergi ke daerah Hayu Asyir, kami naik bis 80 coret dari Asrama Buuts  yang mana adalah tempat tinggal Almh, dan saya dari Husen ke buuts untuk berangkat bareng dengan Almh karena saya tinggal di Husen. Setelah di bis, sampailah ditujuan dan turun di Mutsalas menuju Gambe (Rumah Bundo Kanduang-Keputrian KMM, Minang di Kairo) untuk buka bersama di sana.
Setelah acara sudah selesai, dan memasuki waktu untuk sholat Isya pukul 20.30 kami pulang karena mau mengejar sholat Taraweh dan Almh juga mau buru-buru pulang ke Asrama, mengingat jam malam dan peraturan dari Asrama Buuts.
Setibanya di pinggir jalan, kami memutuskan untuk naik tramco (Angkot) dengan jalur yang cepat dan mudah dapat kendaraan untuk ke Buuts.
Jadilah kami naik tramco yang tujuan ke Makram, lalu ke Duwaia, dan Ke Buuts lalu Husein. Tapi, naasnya musibah menimpa kami saat tramco yang kami tumpangi berisikan para sekomplotan Harami (Perampok).
Awalnya kami tidak merasa curiga dengan tramco yang kami naiki, karena ketika kami menyetop tramconya ada dua orang penumpang pria. Dan setelah kami naik ada satu penumpang lagi, lalu si penumpang yang terakhir ini turun di Bawabat-3, Khoiruzzaman.
Dan di tramco tinggal kami berlima termasuk pak Supir, kami sudah merasa curiga ketika pak supir berteriak memanggil penumpang yang tujuan ke Makram, dan ada penumpang yang menyetopin mobil yang kami naiki tapi mobil malah melaju dengan cepat dan tidak berhenti untuk menaiki penumpang.
Setelah melewati Masjid As-Salam Bawabat-1, pak Supir berbelok ke arah sebelah kiri yang seharusnya tujuan jalannya lurus dan ini bukan arah ke Makram. Dan saya mencoba bertanya kepada pak Supir,
"Ya Asytoh, ruh fein dah? aisy ila Makram leih ila huna?" (Pak Supir, mau kemana ini? Saya itu mau ke Makram, kenapa kemari?)
"Sawani, aisy ruh ila benzinah" (Sebentar dulu, saya mau ngisi bensin)
Karena memang disamping Masjid As-Salam itu ada pom bensin, tapi anehnya setelah belokan itu pak Supir mengegas mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Kami pun berontak dan berteriak, karena mobil yang kami naiki menuju ke arah Muqottom. Konon katanya daerah sini rawan terjadi kejahatan.
"'Ala gambe ya Asytoh, aisy eih minna? birraha keda" (STOP... pak Supir, kalian ini mau apa? bawa mobilnya pelan-pelan saja)
Mereka diam dan mobil terus melaju dengan kencang, tak lama kemudian penumpang yang duduk disamping Almh langsung mengeluarkan pisau lipat dan mengancam saya yang ingin menusuk leher saya, dan penumpang yang satunya lagi tepat dibelakang saya lalu mencekik saya. Anehnya, Almh tidak diapa-apakan dan bahkan menyerahkan semua tas dan seisinya kepada penumpang yang ternyata adalah Harami (perampok).
"Khuz di kullu, aisy nanzil hena" ("Ini ambil semuanya(sambil menyerahkan tasnya kepada perampok tadi) turunkan kami disini")
Saya masih dicekek oleh perampok dibelakang saya dan pisau masih diarahkan keleher saya, tapi pisau lipat yang ditangan perampok tadi tidak berfungsi dengan cepat saya berpaling namun dengan sekejap lengan saya luka tersayat pisau. Saya pun juga menyerahkan handphone dan uang yang ada di dalam tas saya.
Setelah itu kami minta diturunkan dijalan, mereka bilangnya iya. Namun malah sebaliknya, mobil terus melaju dengan kencang dan seketika dipikiran kami sudah yang macam-macam, apalagi yang mereka inginkan dari kami?
Dan seketika itulah Almh dengan nekat lompat dari pintu mobil demi menyelamatkan diri takut terjadi apa-apa pada dirinya. Ketika melihat Almh lompat dari mobil, para perampok tadi kaget. Dan kecepatan mobil mulai diturunkan, saya juga sudah ingin lompat dari mobil itu tapi perampok yang sebagai supir langsung bilang,
"Irmiha!" (Buang dia (Saya) )
Setelah saya dilempar keluar mobil yang kami tumpangi tadi pergi dan melaju dengan kencang ntah kemana. Jarak jatuhnya saya dan Almh sekitar kurang lebih 50 Meter, saya langsung berjalan menuju Almh dan saat itu masih bernafas, namun banyak mengeluarkan darah dari hidung dan saya coba buka kerudung yang dikenakannya agar bisa lebih renggang untuk ia bernafas.
10 menit berlalu, tidak ada mobil yang mau berhenti untuk menolong kami memang daerah kejadiannya sepi dengan penduduk dan rawan terjadi kejahatan. Dengan nekat saya pasrah untuk pergi ketengah-tengah jalan dengan merentangkan kedua tangan agar ada yang mau berhenti dan menolong kami, tak lama kemudian lewatlah taksi dan saya minta pertolongannya. Namun supir taksi tidak mau membawa dan menolong kami, katanya, "Saya takut nanti saya masuk penjara takut nanti saya yang dituduh menabrak kalian", mungkin karena melihat Almh yang terkapar dipinggir jalan dan dia melihat banyak darah juga luka-luka di lengan saya.
Tidak lama datanglah seorang bapak lewat, lalu menghampiri kami dan saya meminta pertolongannya. Tidak besar kemungkinan untuk membawa kami, karena beliau pun juga alasan sama seperti supir taksi tadi, dan akhirnya Beliau langsung menelpon ambulance dan petugas keamanan terdekat.
15 menit kemudian ambulance datang petugas langsung memperban lengan saya dan Almh diperiksa, kemudian para petugas mengisyaratkan tanda yang tidak saya inginkan. Saya berkhusnudzon dan memaksa agar Almh harus dibawa ke rumah sakit sekarang juga.
Setelah itu Almh dibawa ke rumah sakit di Sayidah Aisyah untuk diperiksa lebih lanjut, dan saya langsung ditanya oleh polisi untuk menjelaskan kejadian musibah ini.
Dan saya dibawa lagi ke Mutsalas karena polisi ingin bertanya apa benar kami tadi dari sini (Gambe), dan seterusnya saya dibawa ke Madrasah untuk melihat tempat penyetopan mobil yang kami naiki tadi.
Selanjutnya saya dibawa ke Kantor polisi di Abbas untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Selama dua jam di Kantor polisi saya di introgasi dan suami mengurus semua berkas untuk dibawa ke Mahkamah besok siangnya.
Dan hingga pukul 03.00 CLT waktu Kairo saya belum mengetahui keadaan Almh, dan akhirnya saya dihubungi oleh salah satu keputrian Jambi yang tinggal di Rabeah Al Adawea yang menyatakan bahwa sahabat yang saya sayangi telah pergi untuk selamanya dan ia menghembus nafas terakhirnya pada pukul 23.00 CLT waktu Kairo. Pernyataan itu dibenarkan oleh suami dan Ketua PPMI yang sedang menjenguk saya di kantor polisi di Abbas.
Berkas dan pernyataan ditindaklanjuti ke Mahkamah pada hari Jumat, 18 Juli 2014 dan akan berlangsung setelah sholat Jumat yang didampingi oleh Pengacara, KBRI, PPMI dan Wihdah.
Ketika di Mahkamah, Subhanallah partisipasi dari berbagai pihak baik dari Masisir(Masyarakat Indonesia di Mesir) hingga Mudir buuts dan duktur dari Al Azhar sendiri ikut hadir untuk mendengar langsung pernyataan dari musibah ini. Mereka berjanji akan terus menindak lanjutin kejahatan yang telah direncanakan ini, karena Almh sendiri sudah dianggap anak oleh para pengurus Asrama di Buuts Al Azhar.
Sifat dan akhlakmu yang mulia juga menjadi cerminan sahabat, teman, adik dan orang banyak disekelilingmu.
Semoga dari kejadian ini ada hikmah dibaliknya. Aamiin.
Semoga Almh diberi tempat sebaik-baiknya tempat di sisi-Nya, in sya Allah kita akan bertemu nanti.
Disini aku, mereka dan kami ikut menjadi saksi atas kebaikan yang telah kau hadiahkan khusus kepada kami.
****
Almh atas nama Gusti Rahmah Yeni, kuliah di Univ. Al Azhar Tingkat 3 Syariah Islamiyah. Alamat asal dari Padang Panjang - Sumatera barat.
#Catatan dari orang, yang kau namai Sahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H