Setelah acara sudah selesai, dan memasuki waktu untuk sholat Isya pukul 20.30 kami pulang karena mau mengejar sholat Taraweh dan Almh juga mau buru-buru pulang ke Asrama, mengingat jam malam dan peraturan dari Asrama Buuts.
Setibanya di pinggir jalan, kami memutuskan untuk naik tramco (Angkot) dengan jalur yang cepat dan mudah dapat kendaraan untuk ke Buuts.
Jadilah kami naik tramco yang tujuan ke Makram, lalu ke Duwaia, dan Ke Buuts lalu Husein. Tapi, naasnya musibah menimpa kami saat tramco yang kami tumpangi berisikan para sekomplotan Harami (Perampok).
Awalnya kami tidak merasa curiga dengan tramco yang kami naiki, karena ketika kami menyetop tramconya ada dua orang penumpang pria. Dan setelah kami naik ada satu penumpang lagi, lalu si penumpang yang terakhir ini turun di Bawabat-3, Khoiruzzaman.
Dan di tramco tinggal kami berlima termasuk pak Supir, kami sudah merasa curiga ketika pak supir berteriak memanggil penumpang yang tujuan ke Makram, dan ada penumpang yang menyetopin mobil yang kami naiki tapi mobil malah melaju dengan cepat dan tidak berhenti untuk menaiki penumpang.
Setelah melewati Masjid As-Salam Bawabat-1, pak Supir berbelok ke arah sebelah kiri yang seharusnya tujuan jalannya lurus dan ini bukan arah ke Makram. Dan saya mencoba bertanya kepada pak Supir,
"Ya Asytoh, ruh fein dah? aisy ila Makram leih ila huna?" (Pak Supir, mau kemana ini? Saya itu mau ke Makram, kenapa kemari?)
"Sawani, aisy ruh ila benzinah" (Sebentar dulu, saya mau ngisi bensin)
Karena memang disamping Masjid As-Salam itu ada pom bensin, tapi anehnya setelah belokan itu pak Supir mengegas mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Kami pun berontak dan berteriak, karena mobil yang kami naiki menuju ke arah Muqottom. Konon katanya daerah sini rawan terjadi kejahatan.
"'Ala gambe ya Asytoh, aisy eih minna? birraha keda" (STOP... pak Supir, kalian ini mau apa? bawa mobilnya pelan-pelan saja)