"Perokok juga, Om. Mau merokok di luar?"
"Iya, tapi nanti sajalah." Si sopir menjulurkan tangannya. "Jenengmu sopo, Le?"
Alfath menjabat tangan Si sopir. "Alfath, Om. Jeneng Sampean?"
"Yudha."
Para musisi baru saja menyelesaikan outronya. Ada penumpang yang menghampiri panggung, lalu memberi tip kepada para musisi.
Alfath jadi ingat, sebelas tahun lalu, ketika dia dan keluarganya berlibur ke Jakarta. Waktu itu ibunya juga memberi tip ke musisi di kabin kapal. Uang yang diberikan sebesar lima ribu rupiah. Alih-alih mengucapkan terimakasih, vokalisnya malah tersinggung, dan mereka berdua berdebat.
Ibu Alfath memang tidak pernah mau kalah dalam perdebatan. Alfath jadi teringat perdebtan-perdebatan ayah dan ibunya yang berakhir dengan pertengkaran karena ternyata mereka berdua sama-sama menyimpan kecurigaan. Dia jadi merasa jengkel.
Alfath mengalihkan pandangan dari panggung ke jendela. Berusaha mengalihkan pikirannya. Dari jendela, dermaga tampak bergerak.
"Nah, kayaknya kapalnya sudah mulai jalan, nih," kata Yudha. Dia mengeluarkan perangkat headset nirkabel dan ponselnya dari saku. "Nah, mumpung nggak bising. Kamu mau dengar juga, nggak, Al?"
"Apaan, tuh, Om?"
"Biasa," kata Si sopi seakan Alfath tahu kebiasaannya. Dia menyentuh-nyentuh layar ponselnya. Matanya menyipit, layarnya agak dijauhkan dari matanya.