Si sopir menaikkan volume speaker-nya sedikit. Suara narator perempuan dari speaker membacakan awal bab satu, ketika tokoh utama dari novel itu menggambar ular yang menelan seekor gajah bulat-bulat, namun orang-orang dewasa mengira bahwa itu gambar topi. Hal itu juga pernah dialami Alfath ketika masih kanak-kanak. Dia ingat, waktu itu dia menggambar sesuatu di kertas kosong dengan pena. Ayahnya mengira itu gambar benang kusut. "Bukan, ini gambar rambut Ibu kalau pagi," bantah Alfath Kecil.
Suhu di bus itu terasa semakin dingin. Alfath menutup kepalanya dengan hoodie. "Sampean suka baca buku juga, toh, Om?"
"Bisa dibilang begitu. Tapi sekarang ini saya sudah nggak pernah baca buku lagi."
"Kenapa?"
"Semenjak jadi sopir, saya suka mendengar buku." Si sopir tersenyum kepada Alfath melalui spion tengah.
Suara perempuan di speaker sesekali terbatuk. Kualitas suaranya juga kurang jernih. Mungkin Si sopir mengunduh yang gratisan di internet. Tapi bagi Alfath, ini jauh lebih bisa dinikmati ketimbang musik-musik yang biasa diputar di bus.
Sepanjang perjalanan, audio-book itu terus diputar. Memang jarang ada sopir bus yang mempertimbangkan apa yang ingin didengar penumpangnya. Alfath menyimak sampai audio-book itu tamat.
Setelah selesai mendengar satu audio-book, Si sopir mempersilakan asistennya untuk memutar lagu. Alfath mulai mengantuk. Dia memejamkan mata, mengatur posisi tubuhnya supaya rileks, berharap dia tidak perlu mendengar apa yang diputar oleh Si asisten, lalu tidur.
Alfath bermimpi tentang Mawar yang kesepian di antara pohon-pohon baobab; raja yang bangga akan kekuasaannya atas planet yang kecil; orang kaya yang gemar menghitung bintang-bintang dan mengklaim bahwa itu semua miliknya; juga Si rubah yang berpisah dengan Pangeran Cilik dan melanjutkan pengembaraannya. Sementara Pangeran Cilik, dia tumbuh dewasa, tinggal di suatu kota metropolitan dan bekerja sebagai office boy. Melupakan Mawarnya.
Alfath terbangun. Dia butuh beberapa saat untuk mengingat bahwa saat ini dia sedang di dalam bus menuju Lampung.
Kabin bus gelap. Hanya diterangi lampu neon biru redup yang menenangkan. Speaker bus tidak bersuara. Kabin didominasi oleh deru mesin yang lembut dan dengkuran penumpang yang tidur.