Mohon tunggu...
M Bayu Dwi Saputro
M Bayu Dwi Saputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang debt collector

Hobi membaca, tertarik pada bidang filsafat, literasi, sastra, sejarah, seni, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Topi dan Perahu Kertas

7 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   07:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat makan malam, aku menceritakan peristiwa tadi kepada Ayah dan Ibu, kecuali soal setumpuk kertas setebal panjang kelingking yang kuberikan kepada pria itu sore tadi.

"Diakah si Sjaalman yang sering dibicarakan tuan Droogstoppel beberapa hari terakhir ini, sayang?", tanya Ibu kepada Ayah.

"Kalau dari cirinya, sepertinya memang dia," jawab Ayah, "Dengar-dengar, orang ini baru pulang dari Hindia Belanda. Di sana dia menentang pemerintah Hindia-Belanda dan membela pribumi. Karena itulah dia dipulangkan ke Amsterdam."

"Semoga Tuhan memberkatinya. Tapi kenapa dia membiarkan Droogstoppel Junior melempar topi Liam ke kanal?"

Ayah memandangiku, "Mungkin dia ingin Liam membela dirinya terlebih dahulu."

Setelah makan malam, aku meminta bantuan ibu untuk membuat perahu kertas yang banyak. Ketika Ibu bertanya untuk apa, kujawab, "supaya besok, lusa dan seterusnya, ibu bisa fokus mengerjakan hal lain."

Keesokan harinya, seperti kemarin, aku melarungkan sebuah perahu kertas. Tapi kali ini, aku tidak memperhatikan perahunya. Aku menatap ke arah rumah Droogstoppel.

Tak lama berselang, Droogstoppel Junior keluar dari rumahnya. Setelah melihatku, dia berlari menghampiriku. "Kau ini tidak kapok-kapok, ya," katanya. Dia memungut sebuah kerikil di tepi kanal, lalu melemparkannya ke perahu kertasku. Meleset. Perahuku terguncang-guncang seperti kapal yang diterjang ombak. Droogstoppel Junior melemparinya lagi dengan kerikil. Kali ini tepat sasaran. Perahuku tenggelam seketika.

Aku bergegas lari ke rumah, lalu kembali ke tepi kanal membawa dua keranjang buah yang penuh dengan perahu kertas, lengkap dengan topi bajak laut di kepalaku. Aku siap bertempur. Drogstoppel Junior tampak heran. Dengan cepat, aku melarungkan perahu-perahuku satu per satu hingga membentuk sebuah armada. Droogstoppel menggunakan topinya untuk mengumpulkan kerikil, lalu melancarkan serangannya lagi ke armadaku, sementara aku terus mengirim kapal-kapalku satu per satu ke medan tempur untuk menggantikan yang gugur.

Berkali-kali, cipratan air akibat lemparan Droogstoppel mengenai wajahku. Aku tertawa. Ternyata bermain perahu kertas di kanal dengan cara ini jauh lebih seru. Droogstoppel juga tampak tertantang dan menikmati pertempuran.

Semakin lama, lemparan Droogstoppel melemah. Sepertinya dia mulai kelelahan. Tapi pasukan kapalku juga hampir habis berguguran. Setelah beberapa lemparan yang lemah itu, kapalku di kanal tinggal tersisa satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun