Mohon tunggu...
M Bayu Dwi Saputro
M Bayu Dwi Saputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang debt collector

Hobi membaca, tertarik pada bidang filsafat, literasi, sastra, sejarah, seni, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Topi dan Perahu Kertas

7 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   07:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perahu kertas sudah selesai dibuat dan siap berlayar. Aku meminta izin kepada Ibu apakah aku boleh bermain perahu kertas di tepi kanal Laurel di depan rumah, Ibu mengizinkan.

Sebelum aku sempat keluar rumah, Ayah tiba. Dia membawa sebuah kotak kado yang dibungkus rapi dengan kertas. Aku menyambutnya sambil melompat-lompat.

"Kenapa lama sekali, sayang?", tanya Ibu kepada Ayah.

"Aku bertemu tuan Droogstoppel di jalan," jawab Ayah.

Air muka Ibu berubah masam.

"Tuan Droogstoppel bilang, anaknya tidak mungkin mengambil itu dari Liam, karena milik anaknya jauh lebih bagus dan mereka mampu membeli sebanyak yang mereka inginkan. Sudahlah, sayang, ini hari ulang tahun Liam. Kita lupakan dulu persoalan itu." Ayah memberikan kado itu kepadaku. "Selamat ulang tahun yang ke enam, Liam, ini kado dari Ayah dan Ibu," ucapnya. Ibu juga mengucapkan selamat ulang tahun, lalu mereka bergantian mengecup pipiku.

Aku menerima kado dari mereka. Kotak kado itu ringan. Terdapat kartu ucapan di salah satu sisinya, ditempel dengan lem yang masih basah. Aku penasaran dengan isinya. Kotak kado itu kukocok. Sangat ringan. Aku sempat menduga isinya boneka.

"Buka saja, nak!", kata Ayah, "Sini, Ayah bantu." Dugaanku salah. Ternyata isinya topi bajak laut berwarna cokelat. Aku langsung memakainya dan buru-buru bercermin. Aku menyukai topi itu karena dengan memakainya, aku tampak seperti seorang kapten kapal yang siap mengarungi lautan.

Kuambil perahu kertas buatan Ibu, lalu pergi ke tepi kanal Laurel di depan rumah dengan topi baruku. Aku melarungkan perahu kertasku di permukaan air kanal, di antara beberapa perahu sungguhan yang tertambat. Aku duduk di tepi Lauriergracht yang sepi, menyaksikan perahu kecilku berlayar perlahan di kanal yang tenang.

Tiba-tiba seseorang merampas topiku dari belakang. Aku menoleh. Rupanya Droogstoppel Junior, "Wah, si Murphy kecil punya topi baru," katanya. Dia anak tuan Droogstoppel. Rumah kami berdekatan. Dia tinggal di Lauriergracht, nomor 37. Badannya agak lebih besar dan lebih tinggi dariku.

Dua pekan lalu dia merampas topi kesayanganku dan tak pernah dikembalikan. "Topimu jelek sekali. Seleramu payah," katanya. Dia melempar topi bajak lautku tepat mengenai perahu kertasku yang sedang berlayar di kanal, sehingga perahu itu tenggelam. Aku hanya bisa tetap duduk di sini dan melihatnya menjauh sambil menertawaiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun