Engtay amat yakin bahwa cintanya dengan Sampek abadi, sehidup semati. Dewapun mengabulkan, Sampek dan Engtay disatukan dalam jelmaan sepasang kupu-kupu dan batu permata biru yang hidup berdampingan selamanya.
Cinta memang seharusnya seperti itu, jika sendiri saja sudah bahagia. Setelah berpasangan, seharusnya tambah bahagia. "Sejatinya jodoh memang hanya kuasa Tuhan, tugas kita sebagai manusia hanya berupaya saja dan selalu mengingat, bahwa ada kata 'jatuh' dalam proses jatuh cinta."
***
Penutup
Mengelilingi Batavia dan Kisah Sampek Engtay menjadikan perempuan menjadi gambaran berharga.
Temuan kesadaran dalam kilometer perjalanan atau imajinasi, semakin meyakinkan saya tentang kesetaraan dan kebahagiaan--bahwa menjadi perempuan, bukan alasan untuk menjadi takut dan tidak berdaya. Bukan juga untuk terus bersuara keras menantang.
Bagi saya, perempuan bisa berjalan dalam sebuah prinsip dengan tenang. Selamat Hari Perempuan Sedunia!
Renita Yulistiana
Sebuah Refleksi, Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H