Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kupu Kupu Bersayap Beludru

25 Juni 2016   19:24 Diperbarui: 25 Juni 2016   19:36 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayu berhembus meniup lembut  menyapa kupu bersayap beludru yang terkatup sendu. Capung capung sibuk beterbangan di antara perdu. Seekor jangkrik mengintip sebentar lalu melompat terbang. Sementara matahari bermuka garang.

“Aku tau, kenapa begitu.” Ilalang tersenyum. Kupu bersayap beludru masih saja tertunduk.

Karena engkau masih saja di sini. Masih bersama siang. Sedangkan engkau mestinya bersama rembulan dan menjadi kunang-kunang. Karena sesungguhnya engkau adalah kunang kunang, Yang meskipun tanpa mataharipun engkau pemilik cahaya.

“Tapi aku ingin lebih bercahaya. Karena itu aku di sini.”

“Aku tahu mimpimu, dan silahkan engkau coba lalu coba lagi. Tapi tetaplah ingat. Sekuat-kuatnya engkau terbang, tetap saja sayap yang engkau pakai, bukanlah milik dirimu. Suatu saat sayap itu akan terkoyak. Dan aku khawatir engkau jatuh di tempat kolam pekat. Lalu tenggelam  menjadi  ikan berwarna hitam.

“Ahh, jangan berkata demkian ilalang.”

“Hanya khawatir. Karena takdirmu telah indah pada tempatnya. Tanpa harus engkau  merobek batas dari siapa dirimu. Hanya pesan diriku, saat engkau merasa rapuh, jangan engkau teruskan dulu kepakan sayapmu.  Mengepaklah dengan lembut.  Keperkasaanmu bukan dilihat dari kepakan laksana rajawali. Tapi keperkasaanmu adalah  menaklukkan angin  dengan  liuk sayap indahmu,

Kupu kupu bersayap beludru tersenyum, lalu beranjak hendak terbang,  "Tetaplah di sini wahai ilalang. Ku akan  terbang mewarnai langit." 

Kupu kupu terbang melayang. Berwindu masa Ilalang hanya memandang. Rindu pada kupu yang masih saja terbang. Sedikit oleng.

“Kupu kupu!  Jangan menjelma capung, meski engkau ingin terbang  bersama mereka!”

Kupu kupu tak mendengar. Masih saja beterbangan lupa akan ilalang yang menatapnya. Alam semakin sore. Kupu kupu tak lelah melayang terbang. Terbang oleng di atas kolam pekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun