Jangan
Jangan engkau teruskan membaca atau mendengarkan ini
Bila dirimu angkuh tidak mau mengerti akan cinta.
Jika bagimu cinta hanyalah omong kosong di malam hari.
Dan apakah engkau masih manusia? Sehingga sombong mengingkari kehadiran cinta yang ada di setiap rongga dada.
***
Seekor kupu-kupu bersayap beludru terbang di tengah padang.
Entah berapa lama, ia hanya berputar di antara capung yang berdengung.
Lalu hinggap lelah di punggungku nan melengkung.
"Ada apa kupu-kupu? Di balik indahmu ku lihat resah menggenang."
“Ku merasa kosong, wahai Ilalang. Tidak tahu harus kemana aku terbang. Semua pelangi sudah aku hinggapi, bahkan jemari mentaripun sudah ku rasai. Tapi hanya hampa yang ada.”
Bayu berhembus meniup lembut menyapa kupu bersayap beludru yang terkatup sendu. Capung capung sibuk beterbangan di antara perdu. Seekor jangkrik mengintip sebentar lalu melompat terbang. Sementara matahari bermuka garang.
“Aku tau, kenapa begitu.” Ilalang tersenyum. Kupu bersayap beludru masih saja tertunduk.
Karena engkau masih saja di sini. Masih bersama siang. Sedangkan engkau mestinya bersama rembulan dan menjadi kunang-kunang. Karena sesungguhnya engkau adalah kunang kunang, Yang meskipun tanpa mataharipun engkau pemilik cahaya.
“Tapi aku ingin lebih bercahaya. Karena itu aku di sini.”
“Aku tahu mimpimu, dan silahkan engkau coba lalu coba lagi. Tapi tetaplah ingat. Sekuat-kuatnya engkau terbang, tetap saja sayap yang engkau pakai, bukanlah milik dirimu. Suatu saat sayap itu akan terkoyak. Dan aku khawatir engkau jatuh di tempat kolam pekat. Lalu tenggelam menjadi ikan berwarna hitam.
“Ahh, jangan berkata demkian ilalang.”
“Hanya khawatir. Karena takdirmu telah indah pada tempatnya. Tanpa harus engkau merobek batas dari siapa dirimu. Hanya pesan diriku, saat engkau merasa rapuh, jangan engkau teruskan dulu kepakan sayapmu. Mengepaklah dengan lembut. Keperkasaanmu bukan dilihat dari kepakan laksana rajawali. Tapi keperkasaanmu adalah menaklukkan angin dengan liuk sayap indahmu,
Kupu kupu bersayap beludru tersenyum, lalu beranjak hendak terbang, "Tetaplah di sini wahai ilalang. Ku akan terbang mewarnai langit."
Kupu kupu terbang melayang. Berwindu masa Ilalang hanya memandang. Rindu pada kupu yang masih saja terbang. Sedikit oleng.
“Kupu kupu! Jangan menjelma capung, meski engkau ingin terbang bersama mereka!”
Kupu kupu tak mendengar. Masih saja beterbangan lupa akan ilalang yang menatapnya. Alam semakin sore. Kupu kupu tak lelah melayang terbang. Terbang oleng di atas kolam pekat.
“Wahai angin, Terbangkanlah aku, meski harus tercerabut akar ini. Jangan biarkan Kupu kupu jatuh tenggelam di dasar kolam." Ilalang berseru pada sang bayu.
Anginpun menghembus membawa ilalang menuju kupu kupu. Tapi kupu kupu terlalu tinggi di angkasa. Hingga ilalangpun hanya jatuh tergelatak di atas batu..
“Tetaplah menjadi kunang kunang yang bercahaya meskipun ragamu adalah kupu kupu bersayap beludru." Lirih Ilalang berkata, lalu mengering.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H