“Tapi khan aneh, masak nyarter kereta. Memang bener sih rumah yang mau dilamar deket stasiun. Lha nanti baliknya gimana? “ Ibu pembawa hantaran bertanya.
Sebagian rombongan kasak kusuk sendiri satu sama lain. Berkali kali melihat kea rah gerbang stasiun. Rahmad dan emaknya belum juga muncul. Seorang petugas stasiun mendekat.
“Maaf bapak ibu, apakah ini rombongan pak Rahmad?”
“Iya pak, Ada apa ?” Jawan ibu yang tadi berkata dengan kalem.
“Kereta sudah mau berangkat, sepuluh menit lagi, silahkan masuk. Jangan lupa kartu identitasnya.”
“Ehh iya pak, ini sedang menunggu yang punya gawe. Semuanya ada di Emaknya Rahmad. Makasih Pak.” Jawab si ibu dengan gugup, karena mengetahui kereta hendak berangkat sedang Rahmad dan Emaknya belum keliatan.
Si Ibu bertubuh subur itu segera membuka tasnya., mengobrak-abrik isi tasnya. Mencari handphone.
“ya Tuhan, hapeku tertinggal di rumah, Jeng Retno, minta tolong pinjem hapenya buat nelpon Emaknya Rahmad.”
Ibu yang bernama Retno pun membuka tas nya, mengambil handphone lalu mencari nomor Emaknya Rohmad.
Dari seberang, terdengar suara seorang wanita, “Maaf, nomor pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini.”
"Yahhh..gak ada pulsa.” Keluh Ibu Retno. Rombongan terdengar gaduh. Sebagian segera mengambil handphone masing masing untuk segera menelpon. Di tengah kegaduhan itu, terdengar suara becak motor yang berisik. Suara lengkingan rem yang memekakkan membuat nyeri di telinga. Tampak Emak dan Rahmad berlari kecil menuju loket sambil memberi aba aba.