Mohon tunggu...
Deddy Kurniawan
Deddy Kurniawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

berusaha yang terbaik untuk hidup yang hanya sekali

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malaikat Cinta Abadi Itu Bernama Mama

16 Maret 2014   04:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oh Mama

Mama Mama Mama

Aku selalu mengingatmu Mama

Selalu kesebut namamu

Aku sering menangis tatkala mengingat begitu banyak dosaku terhadapmu

Walaupun kau sudah tiada dan telah bersatu dengan tanah

Aku akan selalu tetap mencintaimu

Takkan pernah melupakan jasa-jasamu hingga akhir hayat

Aku memang sering mengecewakanmu Mama

Membuatmu sedih berkepanjangan

Kadang aku tak sanggup melihat raut mukamu ketika melihat dan mendengar ulah-ulah yang kuperbuat

Tapi engkau selalu memaafkanku dan berkali-kali selalu memberikanku kesempatan

Tapi sampai akhir hayatmu kau tidak sempat melihatku bahagia

Oh, betapa sedih hatiku, Mama. aku ingin sekali membahagiakanmu

Kau adalah Mama yang selalu memikirkan anak-anaknya

Mama yang selalu membela anak-anaknya

Mama yang tidak segan mengomeli anak-anaknya agar berperilaku lebih baik

Mama yang sangat pintar bersosialisasi dan menggagas ide-ide cemerlang

Mama yang pintar memasak dan sangat cantik

Mamaku walaupun kau berdarah warga negara keturunan tionghoa tetapi ketika kau tutup usia betapa banyak warga yang menaruh hormat dan belasungkawa terhadap kepergianmu tanpa melihat etnis dan warna kulit

Shalat  jenazah sampai dilaksanakan dua kali karena saking banyaknya orang yang turut berduka atas kepergianmu

Para tetangga yang seharusnya pergi bekerja waktu itu membatalkannya demi ikut turut melayat

Cucu-cucumu yang masih kecil bahkan berada di shaf terdepan untuk ikut mensholatkanmu, Mama

Aku tahu kau suka menyembunyikan masalahmu Mama

Kadang kau tidak mau mengungkapkannya kepada yang lain karena kau tidak ingin merepotkan orang lain

Kau emang Mamaku yang teladan dan Ibu terbaik

Ketika kau meninggalkan kami, Allah SWT pun mempermudah segalanya

Kau pergi setelah melaksanakan shalat subuh

Lalu kau terjatuh karena terkena stroke

Tapi Kau masih sempat mengucapkan dua kalimat syahadat

Kau meninggalkan dunia ini setelah mendengar do'a yang kubisikkan ke telingamu Mama

Seolah kau ingin mendengarkan suara anak kesayanganmu sebelum pamit pergi menuju ke haribaan Illahi

Saat berada di tanah pekuburan, angin terasa sejuk dan langit mendung seolah menangisi kepergianmu

Waktu jenazah dibuka tali kafannya, aku terperangah karena semula kukira belitannya agak kencang entah kenapa bisa longgar dan mudah dibuka, subhannallah

Engkau sering menolong orang dan tidak suka mempersulit urusan orang lain

Tidak heran begitu menghadapi sakaratul maut semuanya berjalan mudah dan cepat

Selamat Tinggal Mama

Kau akan selalu kukenang

Kau akan selalu kuingat

Tidak ada orang yang begitu menyayangi diriku selain engkau

Tidak ada orang yang selalu memikirkanmu selain engkau

Tidak ada orang yang selalu meneriakkan namaku ketika dirimu sedang sendiri selain engkau

Tidak ada orang yang begitu peduli terhadapku selain engkau

Engkaulah sang malaikat cinta abadiku

Insyaallah Allah SWT akan menyatukan kita sekeluarga di dalam surganya kelak

Amin

Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun