Baru saja menutup pinyu kulkas, Nadya datang memberi tahu ada notaris wanita ingin menemuiku.
 " Masuk Bu ... " Kataku kepada Bu Eni, nataris muda namun menikah dengan pria tua tapi kaya.
 " Minum apa bu ... " Kata nadya menawarkan minuman.
 " apa saja mbak ... " Jawab Bu Eni.
 Waduh tak berani aku mencegah Nadya menuangkan minuman yang sudah aku beri obat perangsang. Gawat, maksud hati jebakan betmen untuk pegawai yang suka nggeratak, yang kena Bu Eni. Salah sasaran, ampunilah segala kesalahanku .......salah target, salah target.  Bu Eni tampak haus, ada minuman dingin langsung disedot habis, gawat kalau sampai Bu Eni berlaku seperti Nadya ?
 Belum 10 menit, obat perangsang itu tertelan sudah mulai mempengaruhi bu Eni. Bu Eni kegerahan, bicaranya mulai genit .... alamak, kancing kemejanya dibuka,  terlihat sedikit belahan anunya. Wuissss ......ampun, mana balsem, mana balsem, aku pura pura kegatalan minta oficeboy mencarikan balsem.
 Bau menyengat balsem diruangan ber AC itu membuat perhatian Bu Eni ke bau balsem. Tapi konsentrasi belum pulih untuk menyiapkan akta akta yang aku harus tanda tangani.  Salah tunjuk, salah buka lembaran untuk aku tanda tangani membuat aku geli, Isengku keluar. Kupegang tangan Bu Eni, wajahnya nampak memerah.
 " Ah bapak ... " Seperti anak kecil yang malu, tapi tanganya meremas tanganku.
 Kupanggil Nadya untuk menemani Bu Eni, aku keluar ruangan sambil senyum2 menahan geli yang membuat para pegawai keheranan.
 " Bapak koq senyum-senyum ? Tanya Endang.
 " Gak apa apa ... " Kataku menutupi kejadian diruanganku.Â