" Nadya minta pak ..." Nadya membuka segel kemasan. Waduh, terpaksa aku harus membelinya. Burhan bukan mencegah justru sebaliknya mendorong agar Nadya mengambilnya.
 " Sssstttt jangan itu untuk ibu ..... "  Kataku berupaya melarang Nadya.
 " Satu botol saja .... " Nadya mengambil satu botol kecil dari kemasan yang berisi 4 botol.
 " Ya ya ya  ambilah ...... " Akhirnya aku mengizinkan dan Nadyapun berlalu setelah aku menanda tangani surat yang disodorkan Nadya.
 Interkom didepanku berbunyi, Nadya menghubungiku, dia bertanya obat apa sebenarnya, kenapa badan dia menjadi gerah ? Ternyata Nadya langsung mengkomsumsi obat perangsang itu.  Kuceritakan kepada Burhan, Nadya sudah meminumnya, setengah botol.
 " Wah ... pengaruhnya tidak hilang tiga hari itu ..." Kata Burhan terbahak bahak
 " Ahh ... lo cari masalah aja .. kalau ada apa apa tanggung jawab lo ...... " Kataku tersenyum kecut sambil memasukkan kemasan obat perangsang itu ke laci.
 Sejak sore Nadya berulangkali menghubungiku sepulang jam kantor. Nadya mengeluh kepalanya pusing dan selalu berkeringat. Kutelpon Burhan, Burhan tertawa terbahak-bahak, lanjuuuutttt boss, katanya.  Terakhir Nadya menelponku, katanya dia hampir pingsan, tidak bisa bangun. Khawatir terjadi sesuatu terpaksa aku kerumah Nadya, jangan jangan benar apa katanya, pikirku.
 Ternyata Nadya bohong, dia tampak lincah dan ceria dengan pakaian yang sexy.. Terbayang olehku, prilaku Nadya seperti sapi mau kawin. Brengsek Burhan, ngerjai aku, aku mengumpat dalam hati. Sebentar Nadya, bapak cari makanan dan minuman dulu aku beralasan untuk pergi. HP kumatikan agar Nadya tak dapat menghubungiku, kabuuuurrrrr.
 Karena ingin menghubungi seseorang, sampai dirumah HP kuhidupkan.  Ada sms dari Nadya " Pak kalau tidak balik, aku kerumah Bapak "  Waduh ancaman dengan paksaan, Nadya sedang on, kalau benar benar dia datang ....Â
 "Mah ... mana balsem, badan papah gak enak neh, tolong balurin .. " Kataku kepada Jendol berpura pura lema.