Mohon tunggu...
Kemarau Basah
Kemarau Basah Mohon Tunggu... -

http://kemaraubasah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelombang Sunyi Laut Andaman

4 April 2014   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Umar mencerna kembali semua dalam pikirannya. Sejak awal persoalan politik menjadi seperti pohon besar lebat menyeramkan yang telah menghalangi jalan cahaya. Ancaman terorisme global, perebutan tahta di negeri jiran, nama baik korporasi dan mungkin masih banyak lagi. Kopi hitam yang disesapnya terasa pahit.

"Tapi untuk menghilangkan penasaran Bapak, bagaimana dengan para penduduk di salah satu pulau di Maladewa yang menyaksikan pula sebuah pesawat terbang sangat rendah pada hari kejadian?" tanya sang kolonel, "Para penduduk itu berarti telah keliru, bukan? Pak, sebuah pengakuan bisa keliru seperti juga persepsi kita."

Percakapan tentang pesawat itu terhenti di situ dan berganti obrolan mengenai calon presiden. Namun saat sang Kolonel pulang, Pak Umar segera melanjutkan penjelasan teorinya kepada Panglima Laot. Dia berusaha meyakinkan beliau bahwa pesawat itu berada di perairan Laut Andaman. Pak Umar mengajak Panglima Laot untuk mengarahkan para nelayannya agar memasang mata di wilayah laut tersebut. Barangkali mereka dapat menemukan satu bukti nyata, apa pun itu. Pak Umar juga meyakinkan beliau untuk tidak mengkhawatirkan akibat buruk pencarian tersebut.

Pagi cerah, matahari baru bangun dari tidurnya. Beberapa penduduk asli Pulau Kuda Huvadoo di Kepulauan Maladewa, terkejut oleh bunyi gerungan mesin yang sangat kuat hingga menggetarkan dinding tipis rumah mereka. Sebuah pesawat terbang sangat rendah dan hampir menyentuh atap rumah. Pesawat itu begitu dekat hingga pintu dan jendelanya terlihat sangat jelas. Bahkan seorang penduduk mengaku dapat melihat para penumpangnya di balik jendela kaca pesawat.

"Pesawat itu menuju ke arah pantai. Aku hanya dapat melihat dengan jelas empat orang penumpang pesawat. Dua laki-laki berumur dan dua perempuan muda. Namun wajah mereka tidak tampak khawatir, malah terlihat sangat gembira. Salah seorang perempuan memegang sebuah alat seperti kamera. Dan salah seorang laki-laki yang paling tua, mungkin kakek mereka, terlihat sedang memeluk erat sebuah boneka beruang besar sambil tersenyum."

Cibubur, April 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun