Mohon tunggu...
Kemarau Basah
Kemarau Basah Mohon Tunggu... -

http://kemaraubasah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelombang Sunyi Laut Andaman

4 April 2014   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tiga nelayan Peureulak yang mengaku melihat sebuah pesawat jatuh pada pagi hari di hari kejadian di timur laut Aceh.

Kesaksian tiga nelayan ini kemudian dianggap tidak sahih. Meragukan, hanya tiga orang yang melihatnya. Setelah diselidiki tidak ada satu pun pesawat jatuh di sana. Namun ada juga seorang nelayan dari Pangkalan Susu, Sumatera Utara, melihat hal sama di Selat Malaka, tetapi tetap tak terbukti.

"Hanya para nelayan itu yang tahu di arah mana mereka melihat pesawat tersebut. Tapi menurutku, barangkali telah terjadi bias dalam penglihatan mereka, atau percakapan mereka. Atau mungkin bias dalam pemberitaan media."

Pak Umar berhenti bicara. Laki-laki muda tadi sudah berdiri di samping meja kedua sahabat itu. Sang pemilik kedai melihat sebentar ke meja yang ditinggalkannya, menghitung dengan cepat, lalu bertanya dengan ramah kepadanya, "Hanya kopi?"

"Ya," jawabnya dan melirik Pak Umar dengan ragu, "Aku pun melihat pesawat itu."

Segera saja laki-laki muda itu diminta bergabung di meja mereka. Dia rupanya memutuskan mampir minum kopi di tempat itu saat berjalan di selasar pertokoan lebih karena tertarik untuk menonton tayangan di televisi. Selama ini dia terus mengikuti perkembangan berita hilangnya pesawat Malaysia itu pada setiap kesempatan.

"Aku nelayan dari Sigli. Aku ke sini menengok nenekku yang sedang dirawat di rumah sakit."

Pak Umar memaksanya mencicipi kue di atas piring. Sahabatnya telah lebih dulu berseru ke seorang barista, memesan segelas es teh Liang untuk anak muda itu.

"Pesawat itu berputar-putar makin rendah. Pada putaran kedua, pesawat mengeluarkan asap di bagian kanan belakang dan terbang dalam kondisi miring ke kiri. Sesaat kemudian, pesawat makin merendah dan hilang dari pandangan," ceritanya.

Pak Umar terkesima. Dia tertegun beberapa saat. Dia memercayai penuturan nelayan muda ini. Tidak setiap hari seorang nelayan melihat sebuah pesawat jatuh di langit. Baginya tiga orang saksi saja sebenarnya sudah cukup meyakinkan.

"Lihatlah!" Pak Umar membuat lingkaran dengan pulpennya di atas laut antara Lhokseumawe dan Pulau Langkawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun