Andre menyipitkan matanya berpikir serius membuatku dan Septi semakin penasaran.
" Nanya apa emang ? " kali ini Septi yang gatal untuk bertanya.
" Mau nanya apakah pas waktu pak Murdi bangunin Dinda pagi tadi...apakah Dinda ngiler apa nggak ? "
tanpa aba-aba aku dan Septi menimpuk kepala Andre yang tertawa terbahak-bahak dengan buku bersama-sama.
Sekitar jam 16: 45 ketika kampus mulai sepi karena mata kuliah terakhir selesai setengah jam yang lalu, Andre mengajak kita berkumpul di belakang gedung aula, disana terdapat rumah tua kecil yang depanya berdiri pohon nangka besar disamping-Nya, berjejer bermacam kebun kecil dari sepetak sawah seperti singkong dan cabai, terlihat dinding rumah ditumbuhi akar pohon anggur yang merambat rapi ke atas dan tersanga ditiang-tiang kayu berbuah lebat mengitari rumah. Tampak seorang kakek-kakek sedang memanen anggur sambil membawa wadah kayu di tangannya.
" Assalamualaikum pak Samad " Andre memberi salam
Seketika beliau menoleh pelan.
" Waalaikum salam, Oalah nak Andre toh " pak Samad tersenyum seperti sudah lama mengenal Andre.
Septi dan aku ikut mengucapkan salam kepada pak Samad, beliau tersenyum ramah kepada kami sambil menaruh wadah kayu sambil berisi anggur dan masuk ke rumah.
" Monggo nak Andre dan mbaknya duduk dulu biar saya ambil air ke dalam "
Andre, Septi dan aku duduk di kursi rotan yang ada di depan rumah.