Erick mengamati Ivan dengan seksama. Akhirnya Erick menghembuskan nafasnya, meletakan penanya dan memperbaiki posisi duduknya menghadap Ivan.
"Okey. Sekarang coba ceritakan padaku. Jika memang bukan masalah kesehatan Yang Mulia yang membuatmu seperti ini, lalu masalah tidak penting apa yang bisa membuatmu resah?" tanya Erick.
Ivan mengangkat kepalanya dari buku yang dibacanya dan menatap Erick dengan wajah bingung,
"Resah? Memangnya aku terlihat seperti itu?" Ivan tersenyum kecil, "Kau pasti sedang bercanda" Ivan kembali membaca bukunya, "Aku tidak sedang meresahkan masalah apapun"
"Bro! Jika kau berkata seperti itu pada orang lain, mereka pasti akan percaya. Tapi taktik 'aku tidak ada masalah apapun' mu itu, tidak mempan terhadapku." Erick meninju lengan Ivan dengan pelan, "Ayolah! Aku sudah mengenalmu selama hampir 18 tahun hidupku. Aku bisa melihat ada sesuatu yang kau sembunyikan, hanya dengan menatapmu dari jarak 10 meter. Kau tidak akan bisa membohongiku" kata Erick mencondongkan badannya menatap Ivan.
Erick menarik badannya lagi dan menatap Ivan dengan ekspresi menunggu. Ivan menghela nafas pelan. Ia menutup buku yang dipegangnya dan tersenyum pada Erick,
"Ya. Kau benar. Aku tidak bisa membohongimu"
 Suasana hening sesaat. Ivan terlihat seperti sedang menyusun kata-kata sambil menatap cover buku yang ada di tangannya.
"Tadi aku bertemu lagi dengan gadis itu" kata Ivan.
Erick mengerutkan keningnya dengan bingung,
"Gadis yang mana?" Wajahnya tiba-tiba berubah antusias, "Kau bertemu lagi dengan 'Cinderellamu'?!" tanya Erick.