Erick hanya bisa tersenyum pasrah menatap sepupunya itu,
      "Sudahlah! Terserah kau saja!" katanya geleng-geleng kepala dan kembali menyambar buku yang tadi sedang ditulisnya. Ivan tersenyum kecil menatap Erick.
      Tiba-tiba terdengar bunyi bel masuk. Kelas 3 A mulai ramai. Lydia dengan genit melambai pada Ivan, sebelum duduk di kursinya dan menatap Ivan penuh pemujaan. Jaja dan Supardi masuk ke kelas tak lama kemudian. Wajah Jaja terlihat lesu ketika duduk di kursinya yang tak jauh dari Erick. Erick mengangkat kepalanya dari buku yang sedang ditulisnya dan menatap Jaja dengan heran,
      "Kemaren lo kemana, Jak?! Tumben-tumbennya lo bolos pelajaran kimia"
      Jaja menatap Erick dengan wajah penuh penderitaan sebelum ia kembali menundukan kepalanya dengan lesu. Supardi yang duduk di depan Jaja, menatap Jaja dengan wajah khawatir. Supardi lalu menatap Erick,
      "Kemaren Jaja meriang, Rick. Panas tinggi. Kata dokter, Jaja sedang depresi. Kayaknya gara-gara dia lagi-lagi jadi juru kunci di daftar cowok terfavorit yang baru itu, Rick" jelas Supardi dengan wajah tanpa dosa.
      Jaja spontan menjitak kepala Supardi hingga membuat Supardi mengaduh kesakitan. Erick tersenyum kecil melihat hal itu. Ia melirik Ivan, yang balas menatapnya dengan ekspresi menahan tawa.
@@@
      Di taman sekolah Aya dan teman-temannya sedang duduk sambil berdiskusi.
      "... memang unik juga istilah Machiavellis itu ya.  Aku sama sekali tidak menyangka kalau ada sejarah yang menarik di balik istilah itu. Ternyata dia adalah orang yang mengatakan kalau seorang penguasa itu harus kuat seperti singa dan cerdik seperti rubah" kata Nana.
      "Benar, Na. Nicollo Machiavelli menyatakan hal tersebut dalam karyanya yang berjudul 'Il Principe'. Menurutnya, seorang penguasa yang berhasil adalah yang bisa memadukan kekuatan singa dan kecerdikan rubah. Dengan demikian kekuasaan akan lebih langgeng" terang Rahman.