Namun ada fakta-fakta di lapangan yang rasanya tidak perlu saya tutup-tutupi bahwa tidak semua—juru—parkir itu liar, sebagian dari mereka justru benar-benar bekerja profesional dan penuh tanggung jawab—serta mungkin juga untuk digaris bawahi tidak untuk hidup bergelimang harta.
Mereka yang saya kenal tidak seperti hantu saat seseorang hendak memarkirkan kendaraannya lalu "prit" kemudian meminta uang parkirnya saat yang bersangkutan hendak pergi.
Para juru parkir konvensional ini justru mengarahkan kendaraan agar tidak bersenggolan dengan kendaraan lain lalu mempersilahkannya parkir—dan berusaha pula menjaga kendaraan yang "dititipkan" padanya agar tidak hilang.
Mereka memiliki surat tugas dari otoritas yang berwenang dan tentu saja mereka menyetor kontribusi yang legal dengan nominal setoran ke kas negara (baca: yang nantinya dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda); yang karcis parkirnya pun bertuliskan Pemda setempat di bawah regulasi Dinas Perhubungan(Dishub));
tidak peduli kondisi "lapak" parkirnya sedang sepi atau tidak peduli hari libur atau tanggal merah, mereka harus terlebih dulu menyisihkan uang yang didapatnya untuk diberikan pada negara!
Tapi, nama baik profesi juru parkir konvensional resmi ini dirusak oleh "oknum" parkir liar hingga oleh karena mereka terbangunlah narasi-narasi jelek yang begitu tidak enak didengar—
bahkan parahnya oleh ulah oknum-oknum ini, profesi juru parkir pun SUDAH dilabeli profesi paling hina di muka bumi dan siapapun yang melakoninya dianggap pantas dibenci karena dianggap malas bekerja atau bekerja mau enaknya saja.
Boro-boro sudi diamini jadi orang kaya, juru parkir punya motor agak bagus saja dicurigai dan langsung dihitung-hitung berapa yang diperoleh sehari. Sungguh jahat.
Padahal bisa saja motor itu uang mukanya hasil menabung bertahun-tahun yang juga motornya akan dikredit tak cukup setahun; yang dibeli agar memiliki harta bergerak; yang tidak hanya digunakan sebagai kendaraan sehari-hari pergi-pulang ke lokasi parkir tempatnya mengais rezeki tetapi juga mungkin akan digunakan pula mencari penghasilan tambahan setelahnya.
Baca juga:Â Makan Bergizi Gratis: Gizi Seorang Anak Terletak pada Orangtua, Edukasinya Tugas Negara
Diberi pelayanan tapi bukan berarti seenaknya.
Kebanyakan orang tidak tahu:
hanya karena merasa sudah membayar sewa parkir bukan berarti bisa seenaknya.
Saya berkata demikian karena saya memiliki kerabat dan beberapa temannya yang berprofesi sebagai juru parkir konvensional.
Gamblang kerabat bercerita, sering sekali orang-orang yang parkir justru menyerahkan kunci seenaknya dan menyuruh agar motornya digiring ke sisi ruas jalan untuk dinaiki meski kondisi parkir tidak ramai;