Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memutus Rantai KDRT pada Perempuan, Mungkinkah?

15 Agustus 2024   20:17 Diperbarui: 16 Agustus 2024   13:24 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa pelakunya? 

Laki-laki! 

#4 Trauma

Trauma—ini boleh jadi pemicu. Orangtua (atau pengasuh?) dengan pola pengasuhan yang salah bisa menjadi bibit perilaku KDRT di kemudian hari. 

Saya selalu menggarisbawahi bahwa menjadi orangtua yang bertanggung jawab itu tidak mudah.

Sekali lagi tidak mudah!

Membesarkan anak tidak hanya memastikan apa yang masuk ke mulut anak, melainkan pula mendidiknya.

Proses mendidik ini yang menjadi tantangan, yang bahkan saya sendiri tidak berani mengambil konklusi (simpulan) bagaimana formula yang tepat karena tiap anak berbeda dan memiliki keunikannya masing-masing; mendidik seorang anak ada "seni"-nya tersendiri. 

Baca juga: Sal Priadi dan Gala Bunga Matahari: Sebuah Seni Merayakan Kehilangan

"Seni" mendidik ini pada prosesnya dipengaruhi banyak faktor seperti nada suara orangtua, pemilihan kata-kata oleh orangtua, kebiasaan dan rutinitas sehari-hari, batasan-batasan (boundaries) yang diterapkan, lingkungan pertemanan si anak dan lain sebagainya; 

dari proses perjalanan mendidik ini bisa saja menimbulkan trauma jika tidak hati-hati. 

Memutus rantai KDRT pada perempuan, mungkinkah? 

Lantas, pertanyaannya, apakah rantai KDRT terhadap perempuan bisa diputus? 

Jika tidak bisa mengubah keadaan yang "sekarang" bukan berarti tidak bisa melakukannya untuk masa yang akan datang; KDRT bisa dicegah dengan mengedukasi anak (terutama anak laki-laki)—sedini mungkin! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun