Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memutus Rantai KDRT pada Perempuan, Mungkinkah?

15 Agustus 2024   20:17 Diperbarui: 16 Agustus 2024   13:24 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski ada penurunan kasus sebanyak 55.920 kasus (tidak melebihi 15%; hanya turun sebanyak 12%) dibandingkan tahun 2022; 

tapi yang perlu yang digarisbawahi data yang tercatat itu hanya yang sudah dilaporkan. 

Ibarat gunung es, yang tidak diketahui mungkin lebih banyak lagi. 

Tidak mudah bagi korban KDRT berani bicara—alih-alih melaporkan kekerasan yang dialaminya (meminta bantuan), seperti halnya yang terjadi pada Intan.

Banyak hal mengapa para korban memilih untuk bertahan meski ia tahu bahwa rumah tangga yang dijalaninya sudah tidak sehat (terjadi KDRT di dalamnya).

Kita tahu, penyebab korban KDRT enggan lapor di antaranya seperti faktor ekonomi (hanya suami yang bekerja), demi anak (seperti yang terjadi pada Intan), malu terhadap lingkungan sekitar dan keluarga (dengan alasan takut membongkar aib rumah tangga), merasa pelaku akan berubah, kekerasan masih dianggap normal/belum parah, mendapat ancaman dan lain sebagainya;

atau di level menakutkan bagi perempuan: berstatus JANDA!

Baca juga: Dari Daycare, Orang Tua Pekerja, dan Masalah Sistemik di Dalamnya 

Tapi, pada akhirnya saya mengapresiasi Intan memilih untuk tidak bungkam—Intan berani bersuara; sekarang ia dan beserta ketiga anaknya telah mendapat perlindungan dan pendampingan untuk memulihkan trauma. 

Hukum "sebab-akibat"

Tidak ada asap kalau tidak ada api.

Ilustrasi korban KDRT yang enggan melapor karena banyak faktor. (Foto oleh Mart Production | Sumber Pexels.com) 
Ilustrasi korban KDRT yang enggan melapor karena banyak faktor. (Foto oleh Mart Production | Sumber Pexels.com) 
Sesederhana itu pengandaiannya. Pelaku KDRT juga tidak ujug-ujug melakukan kekerasan tanpa ada latar belakang "masalah" sebelumnya. Sejujurnya, saya tidak mau terlalu melebar menyoal bahasan ini karena menyangkut ranah psikologi. 

Namun, karena ini berbanding lurus dengan concern yang saya padanya menaruh perhatian maka saya berikan secara singkat beberapa di antaranya:

#1 Misogini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun