Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sal Priadi dan Gala Bunga Matahari: Sebuah Seni Merayakan Kehilangan

13 Agustus 2024   06:20 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempita Nora Marten (Tangkapan Layar YouTube Sal Priadi via Kompas.com)

Hidup memang selalu berdampingan dengan tanya namun selayaknya pula dipahami dengan cara yang berbeda. 

***

Ada yang berkata disaat orang yang telah berpulang datang ke dalam mimpi maka ia sedang rindu ingin menyapa.

Tapi, ada pula yang berkata jika yang ditinggalkan tidak pernah didatangi mereka yang lebih dulu pergi, itu berarti yang ditinggalkan tidak terlalu sayang.

Konyol, bagaimana mungkin saya tidak menyayangi orang tua saya, pikir saya, meskipun mungkin rasa sayang saya memiliki paralelnya sendiri.

Bagaimana mungkin saya tidak menyayangi ibu saya yang suka diam-diam mengunjungi kamar saya untuk mengusap kening saya lalu menciumnya meski saya akui ibu itu cerewetnya setengah mati?;

bagaimana mungkin saya tidak menyayangi bapak saya yang suka diam-diam menyelimuti saya saat saya setengah sadar tertidur—atau menawarkan saya sarapan bila saya kebetulan sibuk dikejar deadline tulisan—meski ia sosok yang keras kepala dan mudah marah?

Baca juga: Catatan Ringan Perjalanan Proses Menulis: Seni Memahami Kehidupan yang Dinamis 

Mereka tidak sering datang ke dalam mimpi saya, bukan karena saya tidak sayang—alih-alih tidak pernah merasakan kehilangan sejak kepergian mereka. 

Tidak juga karena sejak menghayati lagu ini saya baru memahami apa itu kehilangan; 

Seperti penggalan lirik lagunya, adakalanya saya memang menangis. Tapi, bukan penyesalan karena belum menjadi anak yang baik buat mereka apalagi sampai berani mendebat Tuhan mengapa mereka pergi disaat saya belum jadi apa-apa sesuai yang mereka mau.

Bukan karena itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun