Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sal Priadi dan Gala Bunga Matahari: Sebuah Seni Merayakan Kehilangan

13 Agustus 2024   06:20 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempita Nora Marten (Tangkapan Layar YouTube Sal Priadi via Kompas.com)

Begitu pun dengan saya.

Tak masalah jika saya menjumpai mereka dengan keadaan tubuh ringkih. Karena memang disaat mereka pergi mereka sudah mengalami  "sakit-sakit" para orang tua seperti asam urat dan rematik.

Sal dengan bahasa yang apa adanya mengajak mereka—saya—yang ditinggalkan menerka bagaimana tempat mereka yang lebih dulu pergi: berbicara tentang surga? atau yang menyerupainya?

Baca juga: Dari Daycare, Orang Tua Pekerja dan Masalah Sistemik di Dalamnya

Pun saya demikian. 

Jika melihat hamparan rerumputan hijau di dataran pegunungan sudah bisa menimbulkan decak kagum saya, lalu bagaimana dengan surga indah yang diilustrasikan dengan sungai-sungai yang dialiri susu?

Gempita Nora Marten (Tangkapan Layar YouTube Sal Priadi via Kompas.com)
Gempita Nora Marten (Tangkapan Layar YouTube Sal Priadi via Kompas.com)

Saya tidak peduli, apakah Tuhan mengabulkan atau tidak, tapi saya selalu menyelipkan doa-doa semoga kedua orang tua saya selalu bahagia. Berharap di atas kepala mereka selalu diterangi sinar yang berkilauan: sinar kebaikan Tuhan. 

Semoga Tuhan menempatkan kedua orang tua saya di sebaik-baiknya tempat, sekalipun itu belum pantas dikatakan surga karena kiamat pun belum terjadi.

Sal dengan tanpa majas yang berlebihan, membuat saya harus menyadari terus-menerus bahwa segala sesuatu terjadi bukan tanpa sebab, dan setiap pertanyaan pasti sudah menemukan pula jawabannya.

Ada penjelasan mengapa ibu yang lebih dulu pergi; mengapa ketika ibu pergi hanya Bapak yang melihatnya; tak satupun anaknya ada di dekat ibu ketika ia menutup mata;

ada penjelasan juga mengapa ketiga anaknya justru ada disaat Bapak pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun