Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tren Dumb Phone Menggugat Realitas

11 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 11 Agustus 2024   17:06 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan terlihat memegang smartphone. (Foto oleh Olena Kamanetska | Sumber Unsplash.com)

Tetapi, mengapa tren dumb phone menjadi sesuatu yang wah diperbincangkan orang-orang?

***

Haruskah saya menaruh curiga pada para pelakunya yang mungkin telanjur sudah kelelahan secara psikologis karena tidak bisa menangani kecanduannya sendiri terhadap penggunaan smartphone? 

Kalau jawabannya hidup tanpa smartphone dapat mengurangi stres digital dan meningkatkan kualitas hidup—kemudian menggantinya dengan menjadi pelaku dumb phone—saya juga tidak ingin mendebat. 

Namun, saya pribadi lebih suka menyebutnya sebagai preferensi lain. 

Baca juga: Normalisasi Jangan Sembarang Membagi Nomor Kontak Orang

Hanya saja, jika menyebut smartphone sebagai dalang kelelahan mental, saya rasa tidak bijak juga; seseorang tidak bisa begitu saja menggeneralisasi masalah yang dialaminya kemudian melemparnya pada khalayak dan memengaruhi orang-orang untuk menyetujuinya. 

Perlu diingat, para insinyur atau para ahli yang terlibat pembuatan dan pengembangan teknologi telepon pintar, mereka bukan orang bodoh.

Dengan tegas dan lugas yang ingin saya katakan, telepon pintar itu tidak akan bisa menunjukkan "kuasanya" tanpa internet yang terkoneksi. 

Ilustrasi smartphone yang berisi banyak aplikasi. (Foto oleh Yura Fresh | Sumber Unsplash.com) 
Ilustrasi smartphone yang berisi banyak aplikasi. (Foto oleh Yura Fresh | Sumber Unsplash.com) 

Coba saja matikan data selulernya—atau jangan sengaja mencari wifi, niscaya smartphone hanyalah seonggok telepon dengan kategori "biasa"—atau secanggih dan seringkas apapun smartphone, jika kita secara sadar tidak ingin ada dalam kendalinya, dia bisa berbuat apa? 

Perlakukan saja ia sebagai mana mestinya untuk mendukung kegiatan sehari-hari—atau kalau memang sanggup untuk ditinggal berjam-jam, monggo. 

Yang kita butuhkan sebenarnya hanyalah menentukan waktu kapan harus menyentuhnya dan menetapkan skala prioritas di atas segalanya.

No smartphone without internet

Menyoal aktivitas kita menggunakan internet, berdasarkan dari riset data.ai "State of Mobile 2023", masyarakat Indonesia berada di urutan pertama di dunia yang paling lama menggunakan internet pada tahun 2022 dengan durasi rata-rata penggunaan 5,7 jam per hari; orang Indonesia berada di posisi pertama kategori pengguna smartphone dengan durasi screentime paling tinggi di dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun