Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Daycare, Orangtua Pekerja, dan Masalah Sistemik di Dalamnya

3 Agustus 2024   06:15 Diperbarui: 5 Agustus 2024   17:03 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang untuk urusan tempat tinggal saja boleh jadi pasangan suami-istri harus bekerja untuk membayar kontrak rumah (?). 

Jangan pernah bermimpi punya rumah jika tidak siap KPR puluhan tahun yang bahkan untuk uang mukanya saja harus entah menabung berapa lama.

Jika keduanya bekerja, anak siapa yang jaga?; siapa yang akan dikorbankan? Jelas bukan tetangga sebelah rumah, kan?

Di usia kicik mungkin si anak bisa diserahkan pengasuhannya sementara pada babysitter, nanny atau para pengasuh paruh waktu. 

Tapi, pertanyaan lain muncul, bisakah mereka dibayar dengan layak sementara pendapatan pas-pasan?

Daycare boleh jadi opsi meski kali-kali perhari nya (membayar) cukup membuat ngeri.

Seiring berjalannya waktu si anak masuk usia sekolah dan kedua orangtuanya tetap bekerja (untuk memberikan fasilitas pendidikan yang terbaik, belum lagi tambahan les ini-itu, dan lain sebagainya.)

Sekolah selesai, masuk pula si anak perguruan tinggi dan orangtuanya masih terus bekerja untuk membayar UKT yang kian tahun kian tak masuk akal nominalnya.

Karena merasa diabaikan hanya demi memenuhi kebutuhan dasar (primer; sekunder?), si anak memendam kecewa diam-diam terhadap orangtuanya yang jarang hadir (bahkan tidak pernah?) dalam tiap fase hidupnya karena kesibukan bekerja: merasa tak benar-benar disayang.

***

Ini lah sejatinya lingkaran setan: syarat bekerja yang mendiskriminasi, pendapatan yang juga tidak tinggi, dan kebutuhan dasar hidup yang rasanya sulit untuk ditawar lagi.

Bagaimana dengan child free?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun