Dari beberapa hal-hal yang membuat saya jengkel itu, ada 4, di antaranya:
#1 Molor dari waktu yang dijadwalkan.Â
Ada kalanya jadwal molor. Misal, yang tadinya akad nikah pukul 07.30 pagi, molor jadi jam 08.15—(di kota saya, akad nikah lebih sering dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Namun, tak jarang dilakukan di gedung.Â
Biasanya kalau di gedung, akad-resepsi dilakukan dalam hari yang sama; di Palembang akad-resepsi sering dijadikan dua hari seperti hari Jumat berlangsung akad-Minggu resepsi atau Sabtu akad-Minggu resepsi. Tapi, mungkin di tiap daerah berbeda.)—di menit-menit menunggu ini, tak jarang membuat saya bosan.Â
Bagaimana ngga?Â
Setting kamera, sudah. Ambil preparation calon pengantin perempuan pas sedang di-touch up MUA, sudah; foto tipis-tipis, juga sudah.Â
Tapi, acara belum juga dimulai.Â
Jadwal molor ini biasanya kalau bukan dari calon pengantin laki-laki (beserta keluarganya) yang belum datang, atau justru penghulunya.Â
Kalau sudah begini, Wedding Organizer (WO) pun angkat tangan. Ribet memang berurusan dengan keluarga besar, mau disuruh supaya lebih cepat, agak ngga enakan.
#2 Dilarang terlambat
Calon pengantin dan penghulu boleh datang terlambat, tapi jangan harap fotografer dan timnya bisa.Â
Haram hukumnya!