Biasanya selesai ngejob, kami makan siang di ruang VIPbersama dengan mempelai dan keluarganya. Hanya saja tentu beda meja.Â
Tapi, terkadang pengantinnya yang justru mengajak makan semeja. Tipikal yang begini adalah pengantin yang over ramah sampai kadang jadi saya jadi segan sendiri.
Datang paling awal tapi pulang belakanganÂ
adalah jargon fotografer yang paling "renyah" yang pernah saya dengar dan saya sudah terbiasa dengan itu.Â
# 4 Diminta jadi fotografer dadakanÂ
Kamera puluhan juta yang tersampir di pundak pada akhirnya dalam sekejap bisa tersingkirkan sementara hanya karena ada saja tamu undangan yang minta difoto bersama dengan pengantin menggunakan ponsel.Â
Sebal tapi ya mau bagaimana? Gigi sudah gemeletuk tapi masih sempat-sempatnya saya kasih senyum.Â
Satu lagi, terkadang juga ada saja tamu undangan yang nyelonong masuk frame saya, saat saya mau pencet shutter. Terutama saat momen pengantin datang sebelum acara dimulai atau saat momen salam-salam sebelum undangan dipersilahkan untuk menikmati kudapan.
Kalau sudah begini saya kadang senewen sendiri. Tak jarang saya ngomel dengan tim wedding organizer di lapangan.Â
Bukan apa-apa, tidak ada satu pun orang yang mau momen-momen saat pesta pernikahannya berantakan.
Jadi, sikap profesional saya selalu jadi taruhan setiap kali saya bertugas di lapangan. Saya dibayar untuk itu.Â
***
Bagaimana pun pada akhirnya seorang fotografer juga manusia yang bisa sesekali jengkel dan marah.