Mengapa saya katakan demikian?
Karena banyak sekali orang di luar sana yang sulit menaklukan kesombongannya hanya karena merasa sudah mampu menguasai keahlian tertentu—tak peduli dia good looking atau tidak; terkadang orang yang memiliki keahlian seupil ini jauh lebih mencak-mencak dibandingkan mereka yang sudah banyak makan asam-garam dari keahlian yang sama dengannya.
Maka, jangan songong; down to earth lah. Kita sama-sama tahu, seenak apapun ketoprak, selalu akan ada kerupuk yang berada di atasnya.
Dikenal banyak orang memang menjadi impian sebagian besar orang. Namun, membangun value tidaklah gampang—apalagi jika itu dibuat dengan kerendahan hati yang membumi. Oleh karena itu, praktikkanlah interpersonal yang baik.
Baca juga ini: Selalu Ada Hipotesis untuk Dia yang Jago Bicara
Ingatlah ini, tugas media sosial memang bisa menjadikan kisah si upik abu menjadi Cinderella, orang yang tadinya miskin menjadi kaya atau dari yang bukan siapa-siapa menjadi orang yang paling dikenal di jagat raya.
Namun, jangan lupakan pula, dia bisa membuat orang yang tadinya dihormati dan segani kelak di suatu hari memanen caki maki.
Jadi, berhati-hatilah.
Untuk itu, menciptakan personal branding menjadi sesuatu yang penting, namun pada prosesnya lakukan apa yang penting saja dengan bersenang-senang (baca: catatan tambahan, lakukan pula dengan cara-cara yang baik); bukan semata-mata mengejar viral.
Itu yang akan membuat hidup terasa hidup.
Tabik.