Ya, menciptakan sebuah personal branding yang kuat di benak orang-orang tidak seperti seorang Bandung Bondowoso menciptakan nyaris seribu candi bagi Loro Jonggrang;Â ia mustahil diciptakan dalam satu malam.
Maka konsistensi adalah kunci.
Hanya balik-balik lagi jangan terlalu—sering—melebar dari apa yang menjadi minat dan keahlian sejak awal.Â
Concern-mu apa—dan bertahanlah di sana.
Saya yang sehari-hari berkutat dengan pekerjaan saya, memang tak setiap hari memiliki jadwal rutin berbagi karya, namun saya tak pernah melupakan interaksi—bahkan sekecil kabar melalui instastory—atau memberi apresiasi melalui tombol suka dan juga mengomentari postingan yang menarik perhatian saya.
Well, untuk gaya—saya—yang satu ini, tak perlu diikuti. Let me be me.
# Berjejaring dengan membumi
Jika keempat komponen sebelumnya sudah dilewati atau dengan kata lain portfolio—yang menjadi bahan bakar terbentuknya personal branding—telah pula diketahui orang-orang maka sudah saatnya mulai membangun relasi yang lebih luas lagi; jika memungkinkan bisa pula melalui kolaborasi dan elaborasi.
Berjejaringlah setelahnya atau ikutlah komunitas yang bisa menumbuhkembangkan minat dan keahlian.
Hanya saja ada nasihat yang perlu dipegang teguh:
"ngga good looking minimal good attitude"