Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengasah nalar estetika dan kepekaan ini, hanya saja fotografi membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk siapapun mempelajarinya.
Tidak ada hukum mutlak yang membatasi; fotografer bebas berkreasi.
Memang benar, seseorang menggunakan foto sebagai "alat" untuk mengunjungi ingatan dari sebuah momen atas peristiwa yang pernah terjadi sehingga tak heran kenangan yang dihadirkan oleh foto tersebut jauh lebih kuat dibandingkan siapa yang mengabadikannya.
Tapi, meskipun demikian, itu tidak akan jadi soal. Karena saat seorang fotografer berada di belakang lensa, di saat itulah sebenarnya dia sudah menemukan "jalan" kebahagiaannya sendiri sebagai seorang seniman.Â
Hanya saja, jika setelah membaca tulisan ini keinginan itu justeru surut teratur—apa mau dikata—tah, akan selalu ada seratus alasan untuk mundur.Â
Salam jepret dari saya.Â
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H