Sebelum kau jauh main hati, ada baiknya kau pahami semua ini.
#1 Jaga image.
Di dunia yang kelewat bising ini, semua berlomba-lomba menunjukkan jati diri; saling berupaya untuk terlihat menonjol. Tak ada yang salah karena itu alamiah. Saling berkompetisi atau berlomba adalah bagian dari DNA manusia. Selama apa yang dihasilkan setelahnya (baca: image)Â bisa dipertanggungjawabkan, kenapa tidak?
Sapioseksual juga melakukan itu.
Bedanya orang-orang menyebut sapioseksual sebagai penjaga image yang "ngga ketulungan"; dicap sok tahu, dianggap keren sendiri—atau parahnya dikira alien dan tidak berpijak lagi di bumi.
Memang benar, image yang terlalu dijaga juga merepotkan; dianggap tidak bebas. Dengan penjelasan yang berbeda, sebenarnya seseorang tersebut sedang membiarkan orang lain menjadi juri terhadap hidup yang sedang dijalaninya. Tak mengherankan menjadi berbeda adalah sesuatu yang tak lazim—alih-alih aneh. Karena tak semua orang mampu dan mau menjadi tuan bagi diri sendiri.
Tetapi, tidak bagi sapioseksual.
Sapioseksual bisa membeli omongan orang; ia membuktikan jika ia bisa eksklusif dengan caranya.Â
Termasuk juga dalam hal memilih pasangan: mereka memiliki pakem. Mereka tak akan sembarangan.
Aba-abanya jelas: hanya tertarik pada seseorang yang memiliki kecerdasan yang sepadan. Persetan apa kata orang-orang.
Dia digambarkan orang sebagai sosok yang cerdas—yang didambakannya pula adalah sosok yang cerdas.
Itu final—tak bisa ditawar: harga mati.
#2 Selera humor tidak terlalu bagus.