Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sapioseksual dan Perihal Asmara Mereka

10 Mei 2021   07:10 Diperbarui: 10 Mei 2021   08:51 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Woman in Yellow. (Sumber: Unsplash.com/Foto oleh Fabio Lucas)

Saya pikir—menjadi—sapioseksual itu seksi!

Bicara sapioseksual saya jadi teringat dua orang puan. Pertama, Dian Sastro—banyak orang sependapat bahwa puan cantik dan bertalenta ini salah satu ikon puan cerdas yang negeri ini punya—berikut satu kalimat bijaknya yang lumayan mencuri perhatian saya: 

organ tercantik dan terseksi yang ada pada manusia itu adalah otak;—

dan kedua, Hermione Granger di serial Harry Potter kesayangan saya. Siapa yang bisa menyangkal kalau Hermione adalah perpustakaan berjalan! Dianggap—sok—pandai; Hermione tak peduli jika teman yang dia miliki hanya Ron dan Harry.

Saya tak ujug-ujug bilang jika Dian Sastro seorang sapioseksual, apalagi Hermione, si rambut megar. Karena—saya beranggapan—sapioseksual atau tidaknya seseorang mungkin hanya bisa dibuktikan oleh orang itu sendiri.

Selebihnya (baca: orang lain) hanya bisa berindikasi.

Sapioseksual sendiri diambil dari dua kata: “sapiens” dan “seksual”. Sapiens berarti bijak atau bijaksana dan seksual yang...eng...kau bisa artikan sendiri untuk kata yang satu ini.

Sapioseksual—saya persingkat saja—pada intinya sangat "tertarik" pada kecerdasan seseorang dan terobsesi padanya.

Tak semua orang suka berurusan terhadap seseorang yang mengaku dirinya seorang sapioseksual—atau bisa pula tak semua orang dapat mengidentifikasi dengan baik bagaimana sapioseksual itu berikut "hasrat" yang mereka jadikan acuan.

Sapioseksual dianggap suka merendahkan orang. Saya rasa itu mungkin benar adanya. Dari segi pertemanan, pergaulannya terbatas (atau sebenarnya dia sendiri yang memilih untuk membatasinya?)—dan 

dari pasangan pun, sapioseksual juga sangat pemilih. 

Pilih-pilihnya tersebut melewati serangkaian "uji"—yang sayangnya dia sendiri yang tahu. Meskipun demikian, sapioseksual adalah orang yang teguh dalam prinsip.

Terlanjur jatuh hati dengan seorang sapioseksual? Eits, tunggu dulu!

Sebelum kau jauh main hati, ada baiknya kau pahami semua ini.

#1 Jaga image.

Di dunia yang kelewat bising ini, semua berlomba-lomba menunjukkan jati diri; saling berupaya untuk terlihat menonjol. Tak ada yang salah karena itu alamiah. Saling berkompetisi atau berlomba adalah bagian dari DNA manusia. Selama apa yang dihasilkan setelahnya (baca: imagebisa dipertanggungjawabkan, kenapa tidak?

Sapioseksual juga melakukan itu.

Bedanya orang-orang menyebut sapioseksual sebagai penjaga image yang "ngga ketulungan"; dicap sok tahu, dianggap keren sendiri—atau parahnya dikira alien dan tidak berpijak lagi di bumi.

Memang benar, image yang terlalu dijaga juga merepotkan; dianggap tidak bebas. Dengan penjelasan yang berbeda, sebenarnya seseorang tersebut sedang membiarkan orang lain menjadi juri terhadap hidup yang sedang dijalaninya. Tak mengherankan menjadi berbeda adalah sesuatu yang tak lazim—alih-alih aneh. Karena tak semua orang mampu dan mau menjadi tuan bagi diri sendiri.

Tetapi, tidak bagi sapioseksual.

Sapioseksual bisa membeli omongan orang; ia membuktikan jika ia bisa eksklusif dengan caranya. 

Termasuk juga dalam hal memilih pasangan: mereka memiliki pakem. Mereka tak akan sembarangan.

Aba-abanya jelas: hanya tertarik pada seseorang yang memiliki kecerdasan yang sepadan. Persetan apa kata orang-orang.

Dia digambarkan orang sebagai sosok yang cerdas—yang didambakannya pula adalah sosok yang cerdas.

Itu final—tak bisa ditawar: harga mati.

#2 Selera humor tidak terlalu bagus.

Mungkin karena terobsesi dengan kecerdasan, selera humor seorang sapioseksual dianggap amatiran—setidaknya saya pun setali tiga uang.

Namun, di sisi yang berbeda, hal ini memaksa saya sepakat bahwa pendapat seseorang tentang satu hal boleh jadi tidak berangkat dari titik awal yang sama. Termasuk jika kita membahas selera humor seseorang. Tentu tak semua orang bisa menangkap di mana letak lucunya seorang Charlie Chaplin bukan?

Bagi sapioseksual, sesuatu yang menurut orang-orang lucu belum tentu baginya—atau sebaliknya. Di sini letak pentingnya sebuah keintiman dari seni sebuah obrolan

Semakin kau bisa membuatnya tertawa—atau menertawakan sesuatu (yang menurutnya lucu)—kesempatanmu untuk merebut hatinya juga semakin besar.

#3 Suka baca.

Berapa uang yang kau anggarkan untuk beli buku sebulan? Berapa kali dalam sebulan kau menyambangi toko buku meski untuk sekadar baca-baca ringan? Jika kau gagap menjawab dua pertanyaan yang saya ajukan maka jangan sekali-kali punya keberanian untuk mendekati seorang sapioseksual. Karena dia tidak akan memasukkan kau sebagai hitungan!

Lembaran sebuah buku. (Sumber: Dokumentasi pribadi/Foto oleh Kazena Krista)
Lembaran sebuah buku. (Sumber: Dokumentasi pribadi/Foto oleh Kazena Krista)

Kau harus ingat, seorang sapioseksual adalah pemuja kecerdasan dan membaca adalah wajib bagi mereka.

Dianggap kutu buku tak akan jadikan masalah untuknya, ia tidak akan keberatan dengan itu. 

Jadi, sudah sebanyak apa wawasan yang kau tahu?

#4 Fear of Missing Out.

Teknologi memang membuat hidup kita jadi lebih gampang walaupun tidak menjadi jaminan membuat penggunanya jadi lebih pandai. 

Termasuk teknologi informasi.

FOMO alias Fear of Missing Out, istilah ini belakangan sering hangat dibicarakan orang, terutama di jagat media sosial tempat di mana lalu lintas informasi di berbagai belahan dunia kian lalu lalang.

Dewasa ini, seseorang tak lagi melulu mencari informasi melalui berita di televisi; semua ada dalam genggaman. Meskipun, tentu saja harus bijak untuk "dikunyah" sebelum "ditelan".

Sapioseksual pun begitu. 

Apakah kau pikir segala yang dia tahu adalah hasil dari duduk manis tanpa melakukan apa-apa selama berjam-jam? Sekali-kali tidak!

Sapioseksual adalah penjelajah informasi—seorang Fomo kawakan.

Honestly, sapioseksual memiliki kekhawatiran tidak bisa mengikuti perkembangan dunia—tentang sebenarnya apa yang terjadi. 

Jadi, pastikan apa yang akan kau bincangkan dengannya bernas, pastikan itu tidak ketinggalan zaman. Update lah diri dengan infromasi terkini.

#5 Fisik dan kekayaan tidak— selalu— jadi ukuran.

Jangan kecele dulu. Saya tidak bilang sapioseksual tidak tertarik dengan tampang yang rupawan. Tolong camkan jika mereka adalah pemilih dari awal—mereka hanya tidak menjadikan itu (baca: fisik dan kekayaan) sebaik-baiknya standar. Penampilan fisik tak melulu jadi ukuran karena parameter yang dibuatnya adalah kecerdasan.

Begitu pun dengan jumlah kekayaan.

Jangan membanggakan hartamu di hadapannya jika tak ingin mendapat nilai rendah.

Pada akhirnya, sapioseksual tak jauh-jauh dari perkara cemooh dan intimidasi, entah dia—yang dengan atau tanpa sadar—melakukannya atau orang lain yang menindasnya. Hanya saja, dia cukup cerdas untuk memilih tak acuh—alih-alih ambil pusing. 

Tidak disukai tidak akan jadi masalah untuknya—yang jadi masalah adalah kau sudah terlanjur menyukainya!

Tabik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun