Mulai dari sisi feminin saya yang dipertanyakan—karena hanya saya satu-satunya perempuan dalam tim saat menunaikan tugas di lapangan; atau kadang tak sempat makan karena "keduluan" (habis karena terlalu banyak tamu yang datang atau sudah dibungkus oleh pihak keluarga yang punya hajatan), atau memaklumi kalimat “datang cepat tapi pulang paling belakangan”.
Belum lagi, menahan rasa jengkel dengan para fotografer "dadakan" yang sudah tak berbilang—hingga senyum-senyum geli (saking sudah terlalu sering) disebut tukang foto oleh sebagian besar orang.
Meskipun demikian, saya menikmatinya. At least, saya bangga terhadap diri sendiri, terhadap apa yang—sudah—saya lakoni.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI