Dalam hal tarif untuk jasa hail-ride misalnya, dengan bergabung menjadi mitra pada perusahaan tertentu maka Anda sudah setuju pula dengan berbagai kebijakan dari perusahaan bersangkutan. Kalau dirasa membebani ya sampaikan pada pihak perusahaan, bukan ketus kepada pelanggan.
Tidak masuk akal membebankan kondisi-kondisi seperti itu (nilai keuntungan, tarif, harga) kepada pelanggan. Kalau terasa minim ya dinaikkan, kalau pelanggan lantas mengurungkan niat beli atau mencari alternatif ya itu haknya pelanggan dan resikonya kita.
Kita berhak menentukan harga jual, pembeli berhak melakukan pertimbangan dan keputusan beli.
Hal-hal semacam ini kan resiko kita sebagai penjual/penyedia jasa, jadi tak usah bersikap cengeng.
Jaman sebelum ada perdagangan digital, sebelum jaman pemberian nilai atau ulasan bisa diakses secara daring ya cara kerjanya sama saja.
Kita jual barang lalu pembeli menentukan puas atau tidak puas baik terhadap barang yang dijual maupun layanan kita.
Bedanya dulu pembeli akan ceritakan ke saudaranya, tetangganya, teman-temannya secara langsung (dari mulut ke mulut/words ouf mouth/gethok tular) nah kalau sekarang secara daring.
Bagaimana penilaiannya itu hak pelanggan, bukan kita yang mengatur maunya dikasih bintang berapa atau maunya dikomentari apa.
Kalau cuma karena sudah bekerja keras dan sungguh-sungguh kita merasa berhak dapat bintang 5 dan ulasan positif itu namanya terobsesi untuk dihargai.
Anda yang punya anak masih usia di bawah umur rasanya sudah tahu kalau metode parenting masa kini sering mengingatkan orang tua agar tidak memberikan penghargaan pada anak hanya karena dia berperilaku baik.
Sebab berperilaku baik adalah sebuah kewajiban, kontrak sosial dalam hidup bersama. Sesuatu yang memang sudah merupakan keharusan tidak perlu diberikan penghargaan.