Nah hal yang sama berlaku juga ketika kita bekerja dan berkarya, janganlah menuntut diberi penghargaan atau keistimewaan hanya karena kita sudah merasa berusaha sungguh-sungguh atau bekerja keras.
Bakal rusak tatanan hidup bermasyarakat kalau semua orang punya mindset semacam ini. Â
Sebagai penjual/penyedia jasa/pengemudi mindset kita mestinya melihat bintang dan ulasan/komentar sebagai umpan balik (feedback).
Umpan balik itu harganya mahal karena itu jadi patokan pembelajaran kita, mana bagian yang mesti kita perbaiki/tingkatkan.
Menghadapi Ketidakpuasan Pelanggan
Faktanya tidak semua pelanggan mau memberikan umpan balik, jadi hargailah mereka yang sudah mau meluangkan waktu memberi umpan balik.
Bukan malah sakit hati, ngambek, mogok atau malah mengancam seperti kelakuan orang yang tak pernah dididik bagaimana hidup di tengah manusia beradab.
Menghadapi kritik itu memang tidak gampang, saya juga merasakan itu tapi bukan alasan untuk bereaksi secara tak beradab.
Pahami bahwa setiap pelanggan itu sekaligus merupakan duta promosi bagi usaha kita, jadi sikapilah ketidakpuasan mereka dengan bijak.
Tidak semua rasa tidak puas yang dialami oleh pelanggan selamanya berujung pada reputasi negatif, sebab ketidakpuasan kalau ditangani dengan bijak dan empatik menurut pengalaman saya justru mampu membuat pelanggan yang bersangkutan jadi duta promosi yang setia untuk toko/produk/layanan kita.
Hal yang paling sederhana menangani ketidakpuasan adalah dengan mendengar, bukan malah nafsu menyanggah, mengajak berdebat bahkan berantem macam orang barbar.
Dengan mendengar tak jarang kita bisa memahami poin mana sebenarnya yang membuat pelanggan berakhir pada ketidakpuasan. Â